Langkah Pertamina Bantu Pemerintahan Era Prabowo Capai Pertumbuhan Ekonomi 8%


Jakarta

Pemerintahan Presiden Terpilih era Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 7-8%. Untuk membantu mewujudkan target tersebut, transisi energi menjadi salah satu kuncinya.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya memiliki peran penting dalam mendukung proses bauran energi baru terbarukan (EBT). Menurut dia, ada dua strategi utama untuk mencapai target tersebut.

Pertama adalah karbonisasi minyak dan gas. Mengapa? Keandalan energi harus kita jaga. “Jadi untuk mencapai pembangunan ekonomi 7-8% kita membutuhkan energi sebagai katalis,” kata Nicke, dalam International Sustainability Forum (ISF) di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (5/9/2024 ).

Baca juga: Di IISF 2024, Pertamina Paparkan Transisi Energi untuk Pertumbuhan Ekonomi

Menurutnya, Indonesia harus mampu menyediakan energi yang berkelanjutan dan dapat diakses oleh semua orang. Pertamina juga memiliki beberapa inisiatif pengurangan emisi karbon untuk meningkatkan efisiensi energi operasional Pertamina.

“Dan kita berhasil menurunkan emisi karbon. Hingga tahun lalu, emisi karbon berhasil diturunkan sebesar 35%. Dari pencapaian tersebut, Pertamina kini menempati posisi pertama ESG Institute di antara perusahaan terintegrasi dunia,” ujarnya.

Strategi Kedua dari Pertamina adalah mengembangkan infrastruktur energi khususnya gas. Hal ini sebagai upaya mengoptimalkan potensi sumber gas yang melimpah di Indonesia. Menurutnya, yang paling menantang adalah infrastruktur wilayah Indonesia Timur.

“Jadi kita harus bangun terminal LNG, gasifikasi, saluran pipa maya. Itu adalah strategi pertama untuk perencanaan jangka panjang kami. “Yang kedua adalah mengembangkan produk rendah karbon, bisnis rendah karbon,” ujarnya.

Baca juga: IAF 2024, Pertamina Buka Peluang Pengembangan Energi Kolaboratif di Afrika

Potensi Panas Bumi yang Besar

Selain gas, Pertamina juga menyoroti potensi energi panas bumi. Menurutnya, panas bumi bisa menjadi pilihan terbaik untuk mempercepat bauran EBT di Indonesia.

“Tekniknya membangun sumber energi dimulai dari panas bumi. Indonesia merupakan negara kedua yang memiliki sumber daya panas bumi terbesar di dunia dan Pertamina memiliki keahlian kalau begitu,” kata Nicke.

Meskipun Indonesia memiliki potensi panas bumi yang cukup besar, namun pemanfaatan energi panas bumi belum mencapai 10% dari total potensi di Indonesia sebesar 28 gigawatt (GW).

“Potensi panas bumi perlu ditingkatkan. Jadi, kita masih punya banyak ruang untuk meningkatkan kapasitas panas bumi,” ujarnya.

(sc/ara)

Source link