Jakarta –
HSBC Global Private Banking (HSBC GPB) memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar akan terus mengalami tekanan pada tahun 2025 dan akan tetap berada di kisaran Rp 16.000 tahun ini.
“Meskipun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menghadapi tekanan, karena dolar AS semakin kuat. Kami tetap optimis tentang rupiah karena hasilnya. Kami memperkirakan nilai tukar USD-IDR akan mencapai Rp 16.300 pada akhir dari tersebut Tahun, “kata CIO Asia Tenggara dan ASEAN untuk perbankan swasta dan manajemen kekayaan HSBC, James Cheo, di media pengarahan HSBC, Kamis (1/8/2025).
Selain itu, kepala pasar dan layanan sekuritas HSBC Indonesia, Ali Setiawan, mengatakan tekanan pada nilai rupiah dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti memperkuat nilai tukar dolar AS.
Namun di luar itu, menurutnya, apa yang paling memengaruhi nilai tukar rupiah saat ini adalah jumlah impor oleh Indonesia. Karena mengimpor, perusahaan atau pemerintah harus membeli dolar menggunakan Rupiah.
“Sebenarnya, aliran dana dari luar negeri yang datang dan pergi yang dapat menentukan arah mata uang rupiah-dolar. Jika misalnya setiap tahun negara diimpor dalam hal konsumsi, beras impor, gandum untuk mie impor, kedelai dan impor Tempe, untuk impor impor Anda perlu membeli dolar, “kata Ali.
Baca juga: Ini adalah prediksi ekonomi Indonesia pada tahun 2025, menurut harapan Prabowo?
|
“Karena impor ini harus membeli satu dolar, apa yang membuat dolar naik? Jika orang membeli dolar, apa gunanya? Gunakan rupiah. Rupiah kita lemah, yah jika misalnya kita tidak ingin melemah, siapa yang menjual Dolar? Jika misalnya tidak ada yang menjual dolar, rupiah kita akan lemah, “tambahnya.
Di sisi lain saat mengekspor, tidak semua perusahaan atau dana dalam bentuk dolar akan ditukar kembali ke Rupiah. Bahkan, menurutnya saat ini hanya sekitar 30% dari dolar ekspor yang dipertukarkan ke Rupiah. Pada akhirnya penggunaan dolar ini selanjutnya dapat menekan nilai tukar rupiah.
“Berapa banyak eksportir dari eksportir yang menjual dolar? Jika mereka berasal dari batubara, mereka menerima dolar, apakah mereka menjual dolar? Bukan karena mereka juga membutuhkan dolar dari kelapa sawit, mereka menerima dolar, mereka tidak menjual dolar? Tidak, karena mereka juga adalah kebutuhan akan dolar.
Ini kemudian membuat nilai tukar dolar terhadap rupiah akan tetap tinggi, selama Indonesia mengurangi jumlah impor. Kedua impor yang dilakukan oleh perusahaan swasta dan pemerintah.
(FDL/FDL)