Jakarta –
Presiden terpilih Prabowo Subianto berambisi mengembangkan bahan bakar campuran dengan minyak sawit atau biodiesel, termasuk B50. Ambisi tersebut tidak akan tercapai jika sejumlah kendala tidak diatasi.
Wakil Ketua Dewan Pengawas Kajian Strategis Kelapa Sawit Indonesia (IPOSS), Sofyan Djalil mengatakan, ambisi besar tidak akan tercapai jika persoalan tingkat produktivitas kelapa sawit tidak meningkat. Ia juga mengapresiasi keinginan Prabowo untuk meningkatkan penggunaan biodiesel dalam negeri.
Prabowo menargetkan B50 bisa disalurkan paling lambat tahun depan. Hal itu disampaikannya pada acara penutupan Kongres Partai Amanat Nasional (PAN) beberapa waktu lalu.
“Iya, karena Pak Presiden terpilih sangat antusias. Saya sangat bersyukur. Masyarakat sawit dan petani sawit sangat senang dengan komitmen Pak Prabowo untuk meningkatkan penggunaan biodiesel di dalam negeri. ambisi besar tidak akan tercapai jika ada permasalahan “tingkat produktivitas tidak teratasi, tidak meningkat,” kata Sofyan saat ditemui di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Kamis (5/9/2024).
Ia menjelaskan, peningkatan produktivitas bisa gagal jika peremajaan kelapa sawit tidak berhasil, terutama pada perkebunan kelapa sawit rakyat. Menurut dia, tanaman kelapa sawit rakyat perlu dilakukan replanting atau penanaman kembali.
Baca juga: Bahlil Ingin Genjot Bahan Bakar Sawit B60, Pengusaha Peringatkan Ini
|
Permasalahannya, petani sawit rakyat mengalami kendala terkait ketidakjelasan status lahan dan dana peremajaan. Saat ini pemerintah telah mengucurkan dana peremajaan kelapa sawit rakyat (PSR) dari Rp30 juta hingga Rp60 juta. Ia yakin dana tersebut akan cukup jika pemerintah memberikan kejelasan status lahan kepada petani sawit rakyat.
“Kalau persoalan lahan tidak terselesaikan maka program PSR tidak bisa tercapai. Kalau program PSR tidak bisa tercapai maka produktivitas kita tidak meningkat. Itu 41%, sekitar hampir 7 juta hektare sawit rakyat yang perlu peremajaan, perlu peremajaan. Peremajaan tidak bisa dilakukan, “Salah satunya persoalan lahan yang tidak clean and clear,” jelasnya.
Selain itu, ia mengatakan pengembangan biodiesel B40 hingga B60 bisa dilakukan jika ada pendanaan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Namun, lembaga tersebut hanya memperoleh pendapatan dari pungutan ekspor. Saat ini BPDPKS masih mampu membiayai program B40. Namun, kata dia, dana tersebut semakin menipis.
“Tapi tadi Pak Eddy bilang, sekarang cadangan dari BPDPKS masih cukup sehingga B40 bisa dibiayai sampai tahun depan. Tapi setelah itu cadangannya sudah tidak ada lagi, kita harus pikirkan. Kalau produksi meningkat maka B40, B50, B60 bisa, itu tergantung banget. “Karena pemakaian meningkat, berarti produksi juga harus meningkat. Tapi, kalau produksinya tetap, kita harus mengorbankan hal lain, yang bisa kita korbankan adalah ekspor,” jelasnya.
Simak Video: Airlangga: Dana PSR untuk Pekebun Sawit Akan Ditambah Jadi Rp 60 Juta
(Gambas: video 20 detik)
(itu/itu)