Jakarta – Pada momen Upacara Sumpah Pemuda pagi tadi, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membahas terkait ketimpangan yang terjadi di Indonesia. Menurutnya, ketimpangan yang terjadi sudah terlampau parah.
Awalnya, Gubernur DKI Jakarta tersebut menuturkan terkait kewajiban sebuah negara yang harus mampu menghadirkan kesatuan yang dibarengi dengan rasa keadilan tanpa adanya ketimpangan satu sama lain.
Anies menyatakan bahwa saat ini ketimpangan yang terjadi di dunia ini sudah mulai menurun. Namun, hal tersebut tidak sama dengan yang terjadi di Indonesia.
Untuk dapat mengetahui adanya suatu ketimpangan, indikator yang biasa digunakan adalah koefisien atau rasio gini yang membentang dari 0 sampai 1. Semakin kecil nilai koefisien gini, maka ketimpangan akan semakin kecil atau dapat dikatakan merata. Sebaliknya, jika angkanya semakin tinggi maka ketimpangan tersebut akan semakin tinggi.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Juli 2019 rasio gini Indonesia berdiri pada posisi 0,382. Terdapat 8 provinsi dengan nilai rasio gini yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi nasional. Hal tersebut menunjukan bahwa ketimpangan yang terjadi dalam skala provinsi lebih besar dari pada dalam skala nasional.
Tiap daerah di Indonesia memang memiliki ketimpangan yang beragam. Ketimpangan yang terjadi di kota pada umumnya akan lebih tinggi dari pada ketimpangan yang terjadi di kota. Kembali mengutip data BPS Juli 2019, rasio gini di daerah perkotaan berada pada posisi 0,392 sementara di pedesaan hanya 0,317.
Dalam kurun waktu 10 tahun dimulai dari tahun 2007-2017, rasio gini Indonesia diketahui mengalami peningkatan hingga 0,024 poin. (Hr-www.harianindo.com)