Jakarta – Setelah mengunjungi Istana Negara pada Senin (21/10/2019) kemarin, Prabowo Subianto yang akan menjadi Menteri Pertahanan (Menhan) tinggal menunggu hari. Hal tersebut kemudian memantik isu yang mengatakan bahwa Prabowo bakal mendapat bintang empat.
Kala berdinas sebagai TNI, pangkat terakhir Prabowo Subianto adalah Letnan Jenderal dengan jabatan Pangkostrad. Dengan dipilihnya Prabowo sebagai Menhan, besar kemungkinan Ketua Umum Partai Gerindra itu mendapat bintang kehormatan.
“Sebagai menteri pertahanan dia akan dinaikkan jadi bintang empat karena dia sebagai Menhan memerlukan bintang empat supaya sederajat dengan panglima dan jajaran terkait lainnya. Prabowo akan menampilkan wajah pertahanan Indonesia yang sangar, akan terlahir lagi macan asia,” kata Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari, pada Senin (21/10/2019).
Ada alasan tersendiri mengapa Prabowo yang semula seteru kemudian mau menjadi menteri Jokowi. Salah satunya adalah mempersiapkan Pilpres 2024.
“Pertama pemilihan presiden 2024, jadi bisa dikatakan ini preambule menuju koalisi besar yang dimotori Gerindra dan PDIP di 2024, entah siapa calon presidennya. Konteks hari ini capresnya Prabowo,” kata Qodari.
Alasan berikutnya adalah rencana amandemen UUD 1945. Untuk melakukan amandemen sebuah konstitusi, diakui memang membutuhkan dukungan yang banyak.
“Memang untuk melakukan amandemen itu diperlukan koalisi besar karena syaratnya sangat berat, intinya membutuhkan dukungan mayoritas parpol di DPR MPR dan DPD RI,” katanya.
Selain itu, muncul juga pandangan yang menyebut bahwa masuknya Prabowo dalam kabinet Jokowi sebagai bentuk konsolidasi kelompok nasionalis dengan Islam tradisional. Hal tersebut rupanya juga akan berdampak pada basis massa masing-masing kubu.
“Mungkin saja ada pendukung yang kecewa, walau pendukung Prabowo bisa dibagi beberapa kategori, ada kalangan nasionalis yang memimpikan pemimpin yang tegas mungkin makin terpesona dengan Prabowo, mungkin saja pendukung Jokowi juga akan terpesona. Jadi pendukung Prabowo selain kampret akan ketambahan cebong rasa kampret,” katanya.
“Tapi ada pendukung Islami yang mungkin lari karena ketidaksukaan terhadap Jokowi, jadi siapa yang mendukung Jokowi ditinggalkan. Tapi justru barangkali ini dibangun koalisi minyak dan air yang akan mengembalikan Prabowo ke garis dasarnya,” sambung Qodari. (Elhas-www.harianindo.com)