Jakarta – Pada pelantikan Presiden Joko Widodo di periode pertama tahun 2014, sejumlah indikator perekonomian yang mengalami tren positif. Antara lain kurs rupiah terhadap dolar AS, masuknya modal asing, hingga indeks harga saham gabungan (IHSG).
Pada Minggu (20/10/2019) ini, Jokowi akan dilantik untuk kedua kalinya sebagai Presiden untuk periode 2019-2024. Akankah tren positif perekonomian Indonesia, atau Jokowi Effect, akan terulang kembali?
Berdasarkan penuturan dari peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara, tercatat bahwa net sells (jual bersih) modal asing di Indonesia sebesar Rp 1,35 triliun selama seminggu menjelang pelantikan presiden. Untuk rupiah, hingga akhir pekan nilai tukar rupiah mencapai Rp 14.145 per dolar AS.
Dalam lingkup waktu yang sama, IHSG mengalami penguatan sebesar 1 persen. Namun faktor utamanya adalah investor domestik yang yakin. Sementara investor luar lebih memlih untuk mengamati kondisi, khususnya soal kabinet.
“Besok senin diperkirakan masih ada aksi wait and see menunggu presiden mengumumkan kabinetnya. Dibandingkan periode pertama Jokowi, kali ini Jokowi effect mulai memudar,” kata Bhima pada Minggu (20/10/2019).
Menurut Bhima, yang lebih berpengaruh terhadap tingkat investasi asing adalah penentuan menteri-menteri yang mengisi jabatan strategis, ketimbang pelantikan presiden.
Lebih lanjut, Bhima memandang bahwa Jokowi di periode kedua akan menghadapi permasalahan pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu juga harus meningkatkan tenaga kerja serta jaminan terhadap kesejahteraan masyarakat.
Untuk itu, Jokowi harus membentuk tim ekonomi yang sesuai sebagai solusi jangka pendek dalam mengatasi permasalahan tersebut.
“Solusi dalam jangka pendek adalah dimulai dari pemilihan tim ekonomi yang berkualitas, ahli eksekusi, profesional dan punya integritas tinggi,” ujarnya. (Elhas-www.harianindo.com)