Jakarta – Aksi unjuk rasa yang terjadi hingga Selasa (01/10/2019), berpengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah.
Mengutip Bloomberg di pasar spot, rupiah mengalami pelemehan sebesar 0,14 persen ke Rp 14.216 per dollar AS. Sementara pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah juga mengalami penurunan sebesar 0,16 persen ke Rp 14.196 per dollar AS.
Fikri C Permana Ekonom Pefindo mengungkapkan bahwa turunnya nilai rupiah tetap kakan terjadi lantaran karena terkena tekanan indeks dollar AS dan terdampak aksi unjuk rasa yang masih berlanjut.
“Saya tidak menyangka rupiah bisa tembus Rp 14.200 per dollar AS di hari ini, kemungkinan tadinya masih besok atau lusa,” terang Fikri, Selasa (01/10/2019).
Tapi ternyata, rupiah terus mengalami penurunan ditengah dollar yang kian menanjak naik. Fikri menyatakan bahwa dollar AS mengalami penguatan lantaran mendapatkan dukungan dari proyeksi data manufaktur purchasing manager indeks (PMI) AS yang juga menanjak ke atas pada posisi 51,0 lebih tinggi dari proyeksi pasar di 50,3 untuk periode September.
Selain itu, dollar AS juga semakin menanjak ke atas lantaran pertumbuhan ekonomi negara maju mengalami penurunan jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi AS, terutama Jerman. Hal tersebut menyebabkan dollat AS mengalami apresiasi dalam beberapa hari belakangan.
Dollar AS juga semakin diminati sebagai aset safe haven di tengah semakin meningkatnya resesi global.
Sementara, di saat yang bersaman dengan terjadinya aksi demo di dalam negeri mengganjal masuknya dana aliran asing guna menyokong penguatan rupiah.
Padahal, Fikri menuturkan dengan penurunan suku bunga The Fed membuat spread yield US Treasury dan Surat Utang Negara (SUN) makin lebar dan bisa menjadi penyokong utama capital inflow.
Fikri menggambarkan bahwa pergerakan rupiah di Rabu (02/10/2019) bergantung sepenuhnya terhadap situasi dalam negeri.
“Bila malam ini tidak terjadi kerusuhan demo harusnya rupiah mulai bisa terapresiasi,” tutur Fikri.
Pada dasarnya nilai rupiah masih menguat, Fikri memproyeksikan cadangan devisa September memiliki potensi terjadinya surplus.
Jika kondisi dalam negeri malam ini terpantua stabil, Fikri memperkirakan bahwa rentang rupiah besok di Rp 14.180 per dollar AS hingga Rp 14.280 per dollar AS.
Untuk akhir tahun, Fikri mempredikasi bisa bergerak menanjak di rentang Rp 13.931 per dollar AS hingga Rp 14.307 per dollar AS atau dengan nilai tengah di Rp 14.119 per dollar AS.
Jika dibandingkan dengan posisi rupiah sekarang, Fikri memprediksi bahwa rupiah baru akan terapresiasi pada akhir tahun nanti.
Namun, melihat kondisi saat ini yang tidak menentu, maka risiko volatilitas akan tetap sama besarnya hingga beberapa hari kedepan. (Hr-www.harianindo.com)