Tel Aviv – Konflik di kawasan Levant akhir-akhir ini kembali memanas. Seperti yang terjadi pada Minggu (01/09/2019) lalu, milisi Hizbullah di Lebanon menembakkan rudal antitank ke markas dan kendaraan militer milik Israel. Hizbullah mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan balasan atas serangan pesawat nirawak (drone) yang dilancarkan oleh Israel sebelumnya.
Pekan lalu, Angkatan Udara Israel melakukan serangan terhadap sejumlah instalasi militer milik Hizbullah di Lebanon dengan menggunakan pesawat drone. Tak hanya itu, Israel juga melakukan serangan ke wilayah Suriah dan menewaskan dua personel Hizbullah.
Sebagai respon atas serangan tersebut, Hizbullah pada Minggu lalu menyerang pos militer di Kota Avivim yang berada di perbatasan Israel-Lebanon. Sumber dari Hizbullah mengklaim bahwa serangan yang mereka lancarkan berhasil menghancurkan satu unit tank Israel beserta para kru di dalamnya.
Namun di lain pihak, Israel menampik adanya korban jiwa dalam serangan tersebut. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengaku bahwa tidak ada warga Israel yang menjadi korban dalam serangan tersebut.
“Sekarang saya mengumumkan sebuah kabar: tidak ada korban jiwa dari kita (Israel), tidak ada yang terluka satupun,” klaim Benjamin Netanyahu, dikutip dari BBC.
Meski bukan bagian dari militer Lebanon, Hizbullah yang diduga didukung oleh Iran tersebut memang aktif di kawasan Lebanon. Konflik besar terakhir antara Hizbullah dengan Israel terjadi pada tahun 2006. Dalam peristiwa yang berlangsung selama satu bulan tersebut, lebih dari 1.000 warga sipil yang kebanyakan dari Lebanon menjadi korban meninggal. (Elhas-www.harianindo.com)