Jakarta- Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama Yusuf Muhammad Martak menganggap bahwa saat ini belum waktunya untuk membahas perihal kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab dari Mekkah, Arab Saudi.
“Belum perlu dibicarakan saat ini di saat umat masih merasa dizalimi hak-haknya,” ucap Yusuf, Minggu (30/06).
Namun, ia tidak menjelaskan secara detail ciri-ciri ‘umat’ terzalimi itu.
Diketahui, paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pernah membuat kesepakatan 17 poin dengan GNPF Ulama dan berjanji akan melaksanakannya jika menjadai pemenang pada Pilpres 2019. Kesepakatan terjalin saat Ijtima Ulama II pada 16 September 2018.
Salah satu poin kesepakatannya adalah melakukan proses rehabilitasi, menjamin kepulangan, serta memulihkan hak-hak Rizieq Shihab sebagai warga negara Indonesia. Hal itu tertuang dalam poin 16.
Namun, Prabowo dan Sandiaga dinyatakan kalah dalam Pilpres 2019. Menajdi tanda tanya besar kelanjutan akan janji-janji tersebut. Termasuk soal kepulangan Rizieq Shihab ke tanah air.
Prabowo juga pernah berjanji langsung menjemput Rizieq menggunakan pesawat pribadinya.
Mengenai janji Prabowo memulangkan Rizieq, Yusuf enggan berkomentar. Dia mengaku belum ada pembicaraan dengan Prabowo terkait kepulangan Rizieq seperti yang dijanjikan saat Ijtima Ulama II. Yusuf sendiri merupakan ketua GNPF Ulama yang merupakan penggagas Ijtima Ulama II.
“Belum ada pembahasan tentang hal tersebut. Kalau sudah saatnya akan saya update,” tutur Yusuf.
Sejak Mei 2017 Rizieq Shihab berada di Mekah, Arab Saudi. Pada waktu itu, dia kabur ke sana dua minggu setelah polisi menetapkannya sebagai tersangka kasus dugaan konten pornografi. Pada 2018 lalu, polisi menerbitkan SP3 kasus tersebut.
Pada tahun yang sama, Prabowo menandatangani pakta integritas dalam Ijtima Ulama II. Salah satu poinnya adalah memulangkan Rizieq ke tanah air. (Hari-www.harianindo.com)