Jakarta – Hubungan Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri terlihat sudah mulai membaik.
Maka dari itu, hal citu menjadi petimbangan utama untuk bergabung dengan koalisi partai pendukung Joko Widodo (Jokowi), Koalisi Indonesia Kerja.
Karena sudah membaik, Syarief menjelaskan bahwa hubungan SBY-Megawati tidak menjadi halangan untuk bergabung dengan Koalisi Jokowi. Namun, ia menegaskan belum ada pembicaraan terbuka antara SBY dan Megawati perihaal tawaran untuk bergabung koalisi.
“Enggak ada masalah, kan itu sudah selesai. Belum (ada pembicaraan), SBY masih berduka, belum buru-buru,” jelas Syarief.
Menurutnya, ajakan untuk bergabung dengan koalisi adalah hak prerogatif presiden. Ia menegasakn bahwa Partai Demokrat tidak akan mengjukan diri terlebih dahulu, masih menunggu tawaran pihak Jokowi.
“Hak prerogatif presiden mau tunjuk siapa dan ditempatkan di mana, kita tak dalam posisi tentukan di mana, kami tak pernah propose, karena kami tahu itu hak presiden,” pungkasnya.
Sebelumnya, salaman SBY dengan Megawati Soekarnoputri menarik perhatian publik seusai Pilpres 2019. SBY dan Megawati bersalaman di depan liang lahat Ani Yudhoyono di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta saat pemakaman Ani Yudhoyono.
Partai Demokrat melaihat tersebut biasa saja. Politisi Demokrat Andi Arief menyatakan bahwa tidak terkejut dengan momen salaman antara SBY dan Megawati. Pasalnya, antara keduanya memang tidak ada konflik apa pun.
“Saya nggak terkejut karena Ibu Megawati dan Pak SBY ini hubungannya biasa-biasa saja dan tak ada sekat penghalang. Selama ini komunikasi baik langsung maupun tak langsung dilakukan,” kata Andi Arief di kediaman SBY di Cikeas, Senin (03/06/2019).
“Memang kita tahu bahwa Demokrat dan PDIP sejak 2004 sampai 2014 memang beda posisi. Satu berkuasa satu oposisi. Sehingga aroma antara oposisi dengan pengusaha masih berlangsung antara 2014 sampe 2019,” tambah Andi. (Hari-www.harianindo.com)