Jakarta, – Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu memberikan pernyataan bahwa sebanyak 23,3 persen mahasiswa di seluruh Tanah Air sependapat dengan wacana pendirian negara Islam atau khilafah. Disusul dengan 23,3 persen dari kalangan siswa SMA yang setuju.
“Nah, sekarang sudah mulai Pancasila luntur. Sekarang enggak ada masalah. Tapi 20-30 tahun lagi, kalau kita biarkan, itu pemimpin bangsa ini mungkin yang kemarin 30 tahun lalu masih mahasiswa, ke depan dia akan jadi Presiden, akan jadi Panglima TNI, atau Kapolri, dia menganut khilafah, selesai bangsa ini. Karena Pancasila tak ada lagi. Selesai Pancasila ini akan terjadi pertumpahan darah. Pasti. Seperti di Timur Tengah. Ini yang tidak kita inginkan dan sangat merisaukan kita,” kata Ryamizard dalam acara halal bihalal bersama seluruh elemen serta purnawirawan TNI di Gelanggang Olahraga Ahmad Yani, Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (19/06/2019).
Ryamizard hadir pada acara tesebut atas nama Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berhalangan hadir.Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai tuan rumah dalam acara tersebut. Tampak hadir pada acara itu, mantan Wakil Presiden ke-6 Indonesia Jenderal (purn) Try Sutrisno, mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo, mantan Menko Polhukam Jenderal (purn) Djoko Santoso, dan mantan Komandan Kopassus Mayor Jenderal (purn) Muchdi Purwoprandjono.
Ryamizard menyatkan dalam pengamatan Kementerian Pertahanan (Kemhan), ada 18,1 persen pegawai tidak sependapat dengan ideologi Pancasila, kemudian 19,4 Pegawai Negeri Sipil (PNS). Data lain adalah 9,1 persen pegawai BUMN dan kurang lebih tiga persen dari kalangan TNI.
“Ini memprihatinkan sekali. Kenapa saya sampaikan di sini, mumpung kita berkumpul di sini, ada sesepuh. Ada yang lebih muda. Bersama-sama mengatasi ini, agar Indonesia ke depan bisa tetap seperti sekarang,” ujar mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat ini.
Pada kesempatan itu, dia menegaskan kembali akan hakekat jati diri prajurit TNI yaitu sebagai tentara pejuang rakyat, tentara nasional, dan tentara profesional. TNI sebagai insititusi yang kuat sarat dengan semangat perjuangan, pengabdian dan pengorbanan yang luar biasa tanpa pamrih yang dilandasi loyalitas sebagai roh di setiap prajurit TNI.
Menurutnya, TNI berasal dari rakyat, lahir dari rakyat, dan bersama-sama berjuang untuk merebut kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh karena itu harus bisa menjadi institusi yang dicictai oleh rakyatnya. Etos ini yang kemudian hari yang dilibatkan dalam nilai-nilai sapta marga, sumpah prajurit, yang dijiwai oleh Pancasila dan UUD 1945.
“Tugas pokok TNI yang harus selalu berada dibenak para prajurit TNI dan purnawirawan sangat jelas yaitu menjaga keselamatan bangsa, menjaga keutuhan negara, dan menjaga kedaulatan negara. TNI memiliki tugas menjaga dan mengamankan ideologi negara, Pancasila, dan konstitusi negara,” tutur Ryamizard. (hari-www.harianindo.com)