Riyadh- Arab Saudi sudah tidak menginginkan kembali adanya perang yang terjadi di kawasan Iran. Namun, sikap tegas perlu dilakukan terhadap Iran.
Mengutip halaman Arab News, Senin (17/06/2019), dalam sebuah wawancara Putra mahkota menyatakan Arab Saudi mendukung penerapan sanksi AS terhadap Iran.
“(Hal ini) Karena keyakinan bahwa masyarakat internasional perlu mengambil sikap tegas terhadap Iran,” ujarnya.
Dirinya pun mengharapakan adanya pelarangan kebijakan bermusuhan di kedua negara tersebut. “(Iran diharapkan) akan memilih untuk menjadi negara normal dan menghentikan kebijakan bermusuhannya.” ujarnya.
Berkaitan dengan serangan tanker minyak di Teluk Oman, fasilitas minyak di Arab Saudi dan bandara Abha, dirinya menegaskan pentingnya permintaan Arab Saudi di hadapan masyarakat internasional untuk mengambil sikap tegas terhadap rezim ekspansionis yang telah menyetujui terorisme dan menyebarkan kematian dan kehancuran selama beberapa dekade terakhir di seluruh dunia, terkhusus di wilayahnya.
Walaupun begitu, dirinya menegaskan bahwa kerajaan selalu membuka pintu perdamaian. “Rezim Iran tidak menghormati perdana menteri (Jepang) sebagai tamu (di Iran) dan menjadikan selama kunjungannya tanggapan yang efektif terhadap upayanya dengan menyerang keduanya. tanker minyak di Teluk, salah satunya adalah Jepang,” ujarnya.
“Mereka juga menggunakan milisi untuk melakukan serangan memalukan terhadap Bandara Abha. Ini adalah bukti nyata dari kebijakan rezim Iran dan niat untuk menargetkan keamanan dan stabilitas kawasan,” tambah Pangeran MBS.
Mohammed menyatakan bahwa Arab Saudi sangat menjaga hubungan strategis dengan AS. Hal ini dikarenakan AS menjadi faktor utama dalam mencapai keamanan dan kestabilitas regional.
“Kami mendengarkan apa yang tersebar di publik, tetapi pada akhirnya prioritas kami adalah kepentingan nasional kami,” ujarnya.
Dia mengatakan Arab Saudi mendukung semua upaya untuk mencapai solusi politik untuk krisis Yaman tetapi milisi Houthi memprioritaskan agenda Iran atas kepentingan Yaman dan rakyatnya.
“Kerajaan tidak dapat menerima keberadaan milisi ilegal di perbatasan kami,” katanya.
“Kami tidak hanya berusaha membebaskan Yaman dari milisi Iran, tetapi mencapai kemakmuran dan stabilitas untuk semua rakyat Yaman,” tambahnya.
Sementara itu, untuk kawasan Sudan, dirinya mengakui bahwa Arab Saudi sangat bersimpati dengan keamanan dan stabilitas di sana.
“Tidak hanya karena kepentingan strategis dari lokasinya dan bahaya runtuhnya lembaga-lembaga negara, tetapi ikatan persaudaraan yang kuat yang mengikat kami,” ujarnya.
Mengenai krisis Suriah, dia menyatakan bahwa Riyadh bekerja dengan sekutu-sekutunya untuk mencapai tujuannya, salah satunya mengalahkan ISIS, mencegah kemunculan kembali organisasi-organisasi teroris, berhubungan dengan pengaruh Iran yang tidak stabil di Suriah dan menggunakan semua cara yang mungkin untuk mencapai transisi politik di sejalan dengan Resolusi 2254, dengan cara yang menjaga persatuan Suriah. (Hari-www.harianindo.com)