Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin rapat terbatas dengan para menteri di Istana Kepresidenan Jakarta pada Senin (29/4/2019) untuk membahas rencana memindahkan Ibu Kota dari Jakarta.
Dalam pertimbangannya, Jokowi memaparkan soal penyebaran jumlah penduduk yang Indonesia yang kini menumpuk di Pulau Jawa.
“Ini kita bicara bukan hanya Jakarta, tapi berbicara mengenai Pulau Jawa,” kata Jokowi dalam rapat di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (29/4/2019).
Menurut Jokowi, dari data yang ia terima, 57 persen penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa, 21 persen di Sumatera, sedangkan sisanya tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
“Nah, ini (di Kalimantan-red) masih 6 persen, baru 6 persen. Sulawesi 7 persen. Papua, Maluku 3 persen. Pertanyaannya, apakah di Jawa mau ditambah? Sudah 57 persen, ada yang 6 persen dan 7 persen dan 3 persen,” jelas Jokowi.
Karena itu, dari tiga alternatif yang diberikan Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro, Presiden Jokowi lebih memilih untuk memindahkan Ibu Kota ke luar Pulau Jawa.
“Kalau masih berpikir tiga alternatif tadi, kalau saya sih alternatif satu dan dua sudah tidak,” kata Jokowi.
Sebelumnya, Bambang Brodjonegoro memaparkan terkait tiga alternatif untuk memindahkan Ibu Kota.
Alternatif pertama, mengubah peruntukan di wilayah sekitaran Istana Kepresidenan Jakarta dan Monas.
“Kerugiannya tentu ini hanya akan menguatkan Jakarta sebagai pusat segalanya di Indonesia. Dikhawatirkan dampak urbanisasi terhadap ekonomi tidak optimal,” kata Bambang, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (29/4/2019).
Yang kedua, Ibu Kota dipindahkan tidak jauh dari Jakarta, seperti Malaysia memindahkan pusat pemerintahannya ke Putrajaya.
“Misalnya seputaran Jabodetabek, tentunya dengan ketersediaan lahan. Tetapi mungkin kelemahannya adalah tetap membuat perekonomian Indonesia terpusat di daerah Jakarta dan sekitarnya atau wilayah metropolitan Jakarta,” jelas Bambang.
Sedangkan alternatif ketiga yakni dengan memindahkan Ibu Kota ke luar Pulau Jawa seperti halnya Brazil memindahkan pusat pemerintahnnya ke Brasilia yang dekat dengan kawasan Amazon.
“Alternatif ketiga yaitu memindahkan ibu kota langsung ke luar Jawa, seperti contoh misalkan Brasil yang memindahkan dari Rio de Janeiro ke Brasilia yang dekat Amazon, kemudian Canberra, di antara Sydney dan Melbourne, demikian juga Astana di Kazakhstan karena ibu kotanya ingin dipindah lebih dekat ke tengah dari negaranya, dan juga Myanmar ke Naypyidaw,” ungkap Bambang.
(samsularifin – www.harianindo.com)