Manila – Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengakui situasi narkoba di negaranya memburuk meski pemerintah sudah berupaya menangkal penyebarannya.
Duterte mengatakannya di depan pidato kampanye partai penguasa PDP-Laban di Cagayan de Oro City sebagaimana diberitakan Philippines Star pada Rabu (27/3/2019).
“Jika Anda bermain-main dengan narkoba dan memberi makan anak Anda dengan barang itu, segalanya telah memburuk. Polisi kami hampir menyerah,” ujarnya.
Presiden berjuluk The Punisher itu menuturkan, pada akhirnya Filipina bakal jadi seperti Meksiko dan dikuasai oleh kartel narkoba. “Sinaloa telah memasuki negara ini. Karena itu banyak narkoba mulai dialihkan ke Pasifik. Hal yang sama juga terjadi Barat,” tuturnya.
Sindikat yang dilaporkan bernama Golden Triangle juga memasuki Filipina dengan Duterte berkata, terdapat miliaran peso narkoba yang bakal datang. Mantan Wali Kota Davao tersebut menjelaskan secara geografis, Filipina mempunyai sekitar 7.000 pulau yang saling berdekatan.
“Tinggal memilih pulau yang Anda inginkan untuk mendarat. Berbeda dengan Ameerika Serikat (AS) dengan satu bentangan perbatasan,” beber Duterte.
Dia kemudian menyebut operasi gabungan antara Badan Anti-narkoba (PDEA) dan Kepolisian Nasional Filipina (PNP) dan mencegah pengiriman narkoba bernilai miliaran peso.
PDEA baru-baru ini menggerebek setidaknya narkoba ilegal bernilai 2,8 miliar peso, sekitar Rp 756,3 miliar, di Alabang, Muntinlupa City. Kemudian 1,8 miliar peso, sekitar Rp 486,2 miliar, sabu-sabu di pelabuhan Manila yang disamarkan di dalam paket teh dan biskuit.
“Jangan percaya jika ada yang mengatakan 1 miliar. Mungkin di hari lain bisa jadi ada 1,3 miliar peso (Rp 351,1 miliar). Itu jebakan,” bebernya.
Baca juga: Mahathir Mohamad Nilai Jet Tempur Malaysia Sudah Uzur
Duterte sempat menjanjikan bakal mengenyahkan masalah narkoba dalam enam bulan setelah memenangkan pemilu 2016, sebelum diperpanjang 2022 mendatang.
Ketua PNP Jenderal Oscar Albayalde mengatakan pernyataan presiden yang akrab disapa Digong itu menunjukkan rasa frustrasinya. “Saya tidak bisa mendengar pikiran presiden. Namun secara pribadi, saya melihatnya sebagai ungkapan frustrasi,” ujar Albayalde di Quezon City.
Meski mendapat tantangan, Albayalde menyatakan upaya pemerintah menanggulangi narkoba berjalan efektif, menekankan pada situasi yang damai dan tertib. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)