Jakarta – Setiap pergerakan tubuh yang ditunjukkan oleh para petahana yang akan maju dalam ajang kontestasi politik Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang selalu mendapat perhatian dari seluruh masyarakat Indonesia.
Pakar Semiotika dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Acep Iwan Saidi, mengaku bahwasanya ia berhasil menangkap gestur dan bahasa yang dikemukakan kedua capres. Acep kemudian membaginya dalam lima kategori, termasuk emosi, apresiasi terhadap lawan, gestur tubuh, dan retorika.
Acep membuka penjelasannya dengan menilai sikap emosi yang ditunjukkan oleh para petahana. Acep menilai emosi Prabowo lebih stabil dibandingkan dengan Jokowi yang ia sebut menunjukkan sikap emosional. Prabowo ia sebut tidak memanfaatkan ruang untuk balik mengkritik Jokowi.
“Emosional. Nadanya kan sering meninggi. Menyerang personal Prabowo juga,” kata Acep pada wartawan, Selasa (19/02/2019).
Baca juga : Tolak Kedatangan Sandiaga Uno, Warga Desa Tabanan : Kami Sudah Jatuhkan Pilihan ke Jokowi
Lebih lanjut Acep menjelaskan bahwasanya ia juga berhasil menangkap nilai tentang sikap mengapresiasi lawan. Acep menilai Jokowi tak pernah mengapresiasi Prabowo. Sementara Prabowo disebut tak ragu mengapresiasi capaian Jokowi.
Selain itu, Acep juga menangkap gestur kurang baik yang dilakukan oleh Jokowi, yakni menepiskan tangan saat Prabowo sedang berbicara. Jokowi juga sempat terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya menanggapi pernyataan Prabowo mengenai dirinya.
Sedangkan Prabowo, kata Acep, dinilai tidak memerhatikan apa yang disampaikan Jokowi. Prabowo juga teramati berusaha meyakinkan penonton bahwa apa yang ia ucapkan adalah benar dengan menunjukkan gestur mengangkat tangannya.
“Tanda indeksikal dari sikap menyepelekan lawan bicara,” pungkasnya.
(Muspri-www.harianindo.com)