Jakarta – Tim sukses pasangan capres dan cawapres nomor urut 01, Joko Widodo-Ma’ruf Amin, mengkritik sejumlah pernyataan dari kubu Prabowo-Sandi yang disebutnya tidak menggunakan data dan hanya menakut-nakuti saja.
Salah satu pernyataan yang pernah disebutkan yakni soal kenaikan harga-harga barang yang menurut kubu Jokowi tidak berdasarkan fakta.
“Ketika dikatakan harga-harga naik oleh pihak sebelah, ini kan fakta yang tidak benar. Kenapa nggak benar? Karena datanya jelas, inflasi (saat ini) nggak tinggi. Kalau (inflasi) tinggi, ya wajar (harga) naik. Inflasi nggak tinggi, pasti harga nggak naik. Kami sudah kasih fakta itu,” kata juru bicara Timses Jokowi-Ma’ruf, Arya Sinulingga, di Rumah Cemara, Jl Cemara No 19, Menteng, Jakarta Pusat. Kamis (15/11/2018).
Menurut Arya, meski telah diberikan data namun pihak kubu Prabowo tetap dengan pendapatnya sendiri sehingga menimbulkan ketakutan pasar.
“Jadi itu karena ini dikasih data nggak mau, dikasih bukti nggak mau, ya kami bilang genderuwo ini nakut-nakutin saja. Jadi diksi genderuwo lebih pada untuk menjawab ketidakmauan mereka terima data dan tetap ngotot terhadap angka-angka yang kami berikan,” ujar Arya.
Pernyataan lain yang dipermasalahkan yakni soal 99 persen rakyat Indonesia miskin, yang pernah diucapkan calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto.
Arya menyebut ucapan tersebut hanyalah bluffing (gertakan), dan cukup meminta maaf bila ketahuan salah.
“Selama ini yang kami lihat justru tim kami ini lebih banyak ngomongin data, kami ngomongin data terus, dan pihak sana tak pernah ngomongin data tapi nge-bluff saja. Nanti kalau ketahuan salahnya, minta maaf, selesai. Contoh, Pak Prabowo ngomong 99 persen orang Indonesia miskin. Lo ini gimana?” kata Arya.
Lebih jauh Arya juga mengungkit soal pernyataan Ketua Dewan Pembina Partai Berkarya Titiek Soeharto, yang mengklaim Prabowo mampu melanjutkan program Presiden ke-2 RI Soeharto jika terpilih sebagai presiden.
“Makanya saya selalu mengatakan mereka itu genderuwo. Tadi Orde Baru, kan? Sekarang genderuwonya Orde Baru. Bisa dibayangin kan, Orde Baru mengerikan. Ditambah genderuwo, waduh apa rasanya itu,” pungkasnya.
(samsularifin – www.harianindo.com)