Semarang – Masyarakat di Jawa Tengah dibuat resah dengan fenomena banyaknya remaja yang mengkonsumsi air rebusan pembalut bekas sebagai ganti sabu.
Menurut keterangan Kabid Brantas Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Jawa Tengah AKBP Suprinarto, munculnya fenomena ini karena sabu oleh sebagian remaja dianggap terlalu mahal untuk dibeli sehingga mereka mencari alternatif bahan lain yang dianggap memiliki efek yang sama dengan mengkonsumsi narkotika jenis sabu.
“Karena mahal itu, muncul alternatif lain. Seperti mengonsumsi jamur telethong (kotoran sapi), lalu nyair. Obat seperti bodrex, tramadol, heximer, komix, obat nyamuk bakar itu, ditumbuk terus diminum sehingga kata mereka menimbulkan efek seperti mengonsumsi sabu,” kata AKBP Suprinarto, di kantornya, Semarang, Senin (5/11/2018).
“Jadi, pembalut bekas pakai itu, direndam. Air rebusannya diminum. Yang bikin fly itu kandungan dalam pembalut yang digunakan untuk menyerap air (haid),” ungkapnya.
Kasus remaja mengkonsumsi air rebusan pembalut bekas ini ditemukan di wilayah Purwodadi, Kudus, Pati, Rembang, serta di Kota Semarang bagian timur.
“Di Baturaden, ada namanya kunyitan. Dibentuk dalam satu minuman suplemen tapi isinya bermacam-macam obat. Dijual Rp 300 sampai 400 ribu per botol. Mereka itu bersugesti kalau dipakai itu efeknya mendekati sabu,” jelasnya.
Terkait hal ini, BNN tidak bisa melakukan penindakan karena barang yang mereka konsumsi tidak termasuk di dalam daftar zat-zat berbahaya atau terlarang. Meski ada faktor penyalahgunaan dalam kasus ini.
“Yang mereka pakai adalah barang legal. Tapi dikonsumsi tak sesuai aturan, sehingga dampaknya seperti orang pakai narkoba. Langkah kami supaya ada edukasi bahwa ada barang-barang bukan narkotik-psikotropik secara undang-undang tapi bisa disalahgunakan,” pungkasnya.
(samsularifin – www.harianindo.com)