Jakarta – Wakil Ketua DPR dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah menyalahkan pimpinan pusat PKS terkait pengunduran diri massal pengurus DPW PKS Bali.
“Apa yang terjadi di Bali pembuktian bahwa sejak kepemimpinan baru di PKS, memang mereka bawa kultur salah, sepihak, otoriter dan mau menang sendiri,” kata Fahri, Minggu (30/9/2018).
Menurut Fahri, pimpinan PKS sekarang meminta kadernya untuk patuh secara absolut dan meniadakan dialog.
“Sejak mereka terpilih, mereka meminta ketaatan absolut. Pindahin orang seenaknya dan dengan pandangan seolah-olah itulah ketaatan. Akhirnya yang tidak melakukan itu dianggap tidak taat. Padahal itu manusiawi dan bisa didialogkan,” jelas Fahri.
Fahri menilai PKS yang sekarang berbeda dengan PKS yang dulu.
“Sekarang terjadilah boikot menyeluruh dan masif. Tidak menemukan jamaah seperti yang dulu, kasih sayang, toleran. Saling mendengar dan saling menyayangi itu yang tidak ada satu ini,” paparnya.
Seperti diketahui, seluruh jajaran DPW PKS Bali memutuskan untuk mengundurkan diri dari keanggotaan partai dengan melepaskan seluruh atribut PKS, setelah DPP PKS melakukan pergantian tanpa musyawarah, bahkan hanya lewat pesan singkat.
“DPW PKS mengundurkan diri ramai-ramai karena banyak hal. Jadi sudah nggak mengindahkan AD/ART. Banyak hal yang dilanggar, AD/ART, contoh pergantian pengurus tanpa musyawarah, mengganti pengurus via WA saja, jam 16.00 Wita, jam 20.00 Wita suruh datang. Masa berorganisasi seperti itu,” ujar mantan Ketua DPW PKS Mudjiono, Jumat (28/9/2018).
“Sampai tanggal 27 September, Haji Mudjiono, Ketua DPW Bali, menyelesaikan perbaikan-perbaikan agar PKS lolos pemilu, tentang rekening dana kampanye harus saya tuntaskan. Kedua, NPWP seluruh tingkatan, baik kabupaten maupun kota, NPWP para caleg, kita juga harus menyelesaikan itu. Tapi kita digunting dalam lipatan. Tahu-tahu, dinyatakan lolos KPU, langsung bikin undangan pergantian pengurus, lewat WA lagi undangannya,” lanjut Mudjiono.
(samsul arifin – www.harianindo.com)