Teheran – Parade militer di Iran diserang sekelompok pasukan bersenjata. Akibatnya, 29 warga tewas dan 70 lainnya terluka. Karena itu, Pasukan Garda Revolusi Iran Bakal melakukan aksi balas dendam.
Garda Revolusi yang merupakan pasukan elite di Iran dalam keterangannya menyatakan, pelaku penyerangan yang terjadi Sabtu (22/9/2018) tersebut akan berhadapan dengan serangan mematikan dan dendam tak termaafkan dalam waktu dekat.
Pemerintah Iran menyalahkan dua negara Teluk dan Amerika Serikat sebagai otak penyerangan, sesaat setelah peristiwa itu terjadi. Mereka menyebut pihak-pihak itu mendukung kelompok separatis Al-Ahvaziya untuk melakukan serangan.
Al-Ahvaziya merupakan kelompok yang mengaku bertanggung jawab terhadap serangan yang dilakukan di kota Ahvaz tersebut.
Walau tidak menyebut nama, diduga kuat negara Timur Tengah yang mendukung serangan adalah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Kedua negara itu telah lama bertikai dengan Iran.
“Para teroris itu dilatih oleh dua negara di Teluk,” ucap juru bicara Militer Iran Abolfazl Shekarchi sebagaimana diberitakan AlJazeera pada Selasa (25/9/2018).
Baca juga: Menlu Spanyol Imbau Uni Eropa Akui Palestina sebagai Negara Merdeka
“(Pelaku serangan) bukan ISIS atau kelompok lain yang melawan sistem Islam (yang berlaku) di Iran, tapi mereka terkait dengan AS serta (Intelijen Israel) Mossad,” sambung dia.
Serangan mematikan tersebut memicu kemarahan besar pemimpin di Iran. Presiden Hassan Rouhani menyatakan akan segara meluncurkan respons keras. Sementara Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei menyakini serangan itu terkait erat dengan AS dan sekutunya di Timur Tengah.
Menteri Luar Negeri Javad Zarif menuding negara pendukung teror di kawasan tempat Iran berada sebagai pihak yang harus bertanggung jawab. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)