Jakarta – Pada acara Deklarasi Kampanye Damai yang digelar di Monumen Nasional (Monas) pada Minggu (23/9/2018), Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memilih meninggalkan acara (walk out) ketika acara baru berlangsung lima menit.
Menurut Wakil Sekjen Demokrat Andi Arief, aksi provokatif dari relawan Projo saat SBY dan rombongan melintas menggunakan mobil golf bisa membuat seluruh kader Demokrat di Indonesia marah.
“Projo jangan seenak udel, aturan dibuat bukan untuk sakkarepe dewe. Nanti kader Demokrat seluruh Indonesia marah melihat kalian memperlakukan simbol Partai Demokrat. Jangan hitung keberanian anda, kalkulasi juga kenekatan orang lain,” tulis Andi melalui akun Twitternya.
Andi menambahkan, saat itu massa relawan Projo meneriaki rombongan SBY agar memberikan dukungan kepada Jokowi-Ma’ruf Amin.
“Projo memprovokasi pilpres damai menjadi pilpres anarkis. Waktu mobil karnaval pak SBY lewat, relawan Projo teriak-teriak, ‘bang dukung Jokowi’ dan merangsek mendekat ke rombongan SBY. Sudah keterlaluan,” jelas Andi.
Menurut Sekjen PAN Eddy Soeparno yang saat itu juga berada di dalam satu mobil dengan SBY, teriakan dan yel-yel dari relawan Projo bernada provokatif.
“Kami merasa sekali ketika kami keluar dari pintu depan istana merdeka ada gerakan massa yang ngumpul di sana, dan gerakan massa itu memang sengaja mengelilingi pos kami. Dan oleh karena itu, Pak SBY kemudian merasa itu ada perlakuan yang tidak fair ada yel-yel yang cenderung provokatif terhadap pendukung kami,” kata Eddy di Smesco, Jakarta Selatan, Minggu (23/9/2018).
“Kami juga turun dari golf car dan jalan. Kondisi menjadi tidak nyaman karena ada aksi aksi yel-yel yang cenderung provokatif,” tambah Eddy.
(samsul arifin – www.harianindo.com)