Jakarta – Salah seorang Pengamat politik, Ujang Komarudin mencoba memberikan tanggapannya seputar polling Pilpres 2019 yang dilakukan oleh musisi kawakan, Iwan Fals beberapa waktu lalu. Menurutnya, hasil polling tersebut masih belum bisa dijadikan basis untuk menentukan pemenang pesta demokrasi lima tahunan tersebut.
Oleh sebab itu, hasil polling dari Iwan Fals melalui Twitter yang memenangkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno beberapa waktu silam, masih masuk kategori perkiraan umum saja. Dan hal tersebut tak bisa dijadikan sebagai rujukan.
“Apalagi polling lewat media sosial itu berbeda dengan survei. Metode yang digunakan tidak jelas. Demikian juga dengan respondennya, itu kan semua harus jelas,” ujar Ujang kepada JPNN, Selasa (14/8/2018).
Pengajar di Universitas Al Azhar Indonesia tersebut juga mengingatkan bahwa polling bisa juga disebut sebagai alat politik, apabila tidak disertai dengan mekanisme yang jelas. Hal tersebut, pastinya tidak baik lantaran bisa membingungkan masyarakat, mana yang berbasis ilmu, mana yang hanya perkiraan semata.
“Ingat, polling hanya akan digunakan sebagai alat untuk menekan psikologis lawan via medsos jika tak disertai mekanisme yang jelas,” katanya.
Ke depannya, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini mengharapkan kepada semua pihak untuk lebih bijak dalam mempublikasikan sesuatu. Paling tidak, apabila itu terkait polling penting dipastikan mengikuti tata cara berbasis ilmiah dan hasilnya bisa dipertanggung jawabkan.
“Bisa saja polling Twitter Iwan Fals yang memenangkan Prabowo-Sandi dibalas dengan polling dari medsos lain yang memenangkan Jokowi-Ma’ruf Amin,” katanya.
Diketahui, Iwan Fals melakukan polling Pilpres 2019 lewat akun Twitter-nya beberapa hari lalu. Hasilnya, 68 persen voter menjagokan Prabowo-Sandi di Pilpres 2019. Sementara yang menjagokan Jokowi-Ma’ruf Amin hanya 27 persen dari total 50.216 voter.
(Ikhsan Djuhandar – www.harianindo.com)