Lombok – Gempa Lombok berkekuatan 7 SR yang terjadi pada Minggu (5/8/2018) telah merusak banyak bangunan di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional dan Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan hampir 75 persen permukiman di sana hancur dan rusak akibat gempa.
“Dari hasil analisis citra satelit, terlihat kerusakan bangunan masif terjadi di Kabupaten Lombok Utara. Pendataan masih dilakukan,” kata Sutopo melalui pesan tertulis yang diterima di Pekanbaru, Sabtu (11/8/2018).
Menurut Sutopo, kerusakan terparah terjadi di Lombok Utara karena paling dekat dengan pusat gempa dan menerima guncangan gempa dengan kekuatan VII Skala Modified Mercalli Intensity (MMI). Pada skala tersebut, rumah dengan konstruksi yang kurang memenuhi standar tahan gempa tidak akan mampu menahan guncangan keras sehingga roboh.
Sutopo mengatakan data sementara kerusakan akibat gempa mencapai 67.875 unit rumah, 468 sekolah, enam jembatan, tiga rumah sakit, 10 puskesmas, 15 masjid, 50 unit mushola dan 20 unit perkantoran. “Kerugian dan kerusakan akibat gempa di Nusa Tenggara Barat dan Bali diperkirakan lebih dari Rp2 trilyun,” kata dia.
Baca juga: Gerindra Setuju Kursi Wagub DKI Diisi PKS
Kerugian dan kerusakan itu meliputi sektor permukiman, infrastruktur, ekonomi produktif, sosial budaya dan lintas sektor. “BNPB masih melakukan hitung cepat untuk menghitung kerugian ekonomi,” kata Sutopo.
Gempa Lombok terjadi Ahad malam pekan lalu sekitar pukul 18.46 Wita pada kedalaman 15 kilometer dengan pusat gempa di darat 18 kilometer Barat Laut Lombok Timur. Setelah gempa tersebut, ratusan gempa susulan terjadi. Salah satunya pada Jumat, 8 Agustus 2018 pukul 03.33 WIB dengan kekuatan 4,8 Skala Richter yang berpusat di darat 10 kilometer Barat Laut Lombok Timur pada kedalaman 10 kilometer. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)