Jakarta – Mata uang Dollar Amerika terus bergerak perlahan terhadap rupiah hingga saat ini. Sebagaimana yang dikutip dari data perdagangan Reuters, dolar AS siang ini sempat bertengger di level tertingginya di Rp 14.540.
Di sisi lain, berdasarkan kurs tengah BI, pada Jumat (20/7/2018), rupiah diperdagangkan sebesar Rp 14.520 per dolar AS. Terkait kondisi rupiah yang saat ini semakin terdepresiasi itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan memberikan tanggapannya.
“Ya biasa (di Rp 14.500), enggak apa-apa. Enggak masalah, rupiah bagus kok, fundamental ekonomi, inflasi bagus,” kata Luhut di kantornya di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (20/7/2018).
Selain itu, Luhut juga meminta agar masyarakat tidak perlu khawatir dengan kondisi pelemahan rupiah yang telah menyentuh level Rp 14.500 tersebut.
“Overall saya kira enggak ada yang harus dikhawatirkan,” tegasnya.
Luhut menilai, pelemahan rupiah saat ini dipengaruhi oleh neraca transaksi berjalan Indonesia yang masih mengalami defisit. Namun, lanjut Luhut, masyarakat tak perlu khawatir mengingat pemerintah berencana untuk menerapkan campuran biodiesel 20 persen menggunakan kelapa sawit untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) atau B20.
Nantinya, B20 tersebut untuk mengganti solar yang ada. Dengan menerapkan B20, kata Luhut, bisa mengurangi impor minyak sehingga bisa menghemat devisa.
“Tapi dengan kita mau menggunakan B20, kita hitung kita bisa mendapatkan penerimaan hampir 4 miliar dolar AS dalam 2 tahun ke depan, tahun ini kalau digunakan 500 ribu ton saja saya kira udah hampir 1 miliar dolar AS. Jadi current account deficit kita bisa jadi baik juga,” ujarnya.
(Ikhsan Djuhandar – www.harianindo.com)