Jakarta – Beberapa waktu belakangan ini muncul wacana pasangan baru yang akan ikut bertarung dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang. Pasangan baru yang dimaksud kali ini adalah Jusuf Kalla (JK)-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Mendengar hal itu, Mantan politikus Partai Demokrat Ruhut Sitompul memberikan tanggapannya. Ruhut menilai bahwa JK tidak akan bersedia untuk dipasangkan dengan AHY pada pilpres mendatang. Ruhut mengatakan bahwa ada tiga alasan yang membuat JK enggan, yakni sakit hati, modal elektabilitas rendah, dan modal politik cekak.
Alasan yang pertama adalah rasa sakit hati JK terhadap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terjadi ketika Pilpres 2009. Kala itu, JK masih ingin duduk sebagai wakil presiden mendampingi SBY. Tetapi SBY justru membentuk tim 8 untuk mencari kandidat pendamping dalam Pilpres 2009 selain JK dan akhirnya memilih Boediono.
“Saya perkirakan JK pasti tidak mau. JK pernah dikesampingkan, sekarang ketika ada butuh, baru SBY mendekati lagi,” kata Ruhut saat ditemui di Jakarta, Selasa (03/07/2018).
Baca juga : Demokrat Akui Ajakan Koalisi dari Gerindra Dinilai Menarik
Alasan yang kedua adalah perhitungan elektabilitas AHY masih rendah. Bagi Ruhut, karier politik AHY masih terlalu belia. Ia baru menapaki dunia politik pada Pilgub DKI 2016. Hal itu terlihat dari hasil elektabilitas AHY yang sudah diumumkan oleh sejumlah lembaga survei di Indonesia.
“Apalagi pangkat terakhir AHY di militer baru sebatas mayor, itu kelasnya baru kapolsek kalau di polisi atau koramil kalau di militer. Itu kan sekelas kecamatan saja,” jelasnya.
Terakhir alasan yang ketiga adalah modal politik yang dimiliki AHY masih rendah. Ruhut mengatakan bahwa SBY harus menjadikan AHY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Sebab AHY dinilai masih ‘jauh panggang dari api’ kalau sekarang ingin masuk pentas pilpres.
Menurut Ruhut, langkah SBY menyorongkan AHY tanpa mendudukkannya sebagai ketua umum kurang strategis. Modal politik yang dikantongi AHY kurang mumpuni dibanding ketua umum parpol lain, seperti Ketua Umum PPP Romahurmuziy, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartanto.
(Muspri-www.harianindo.com)