Jakarta – Duet Anies Baswedan-Ahmad Heryawan dalam Pilpres 2019 mendatang, mendapat dukungan dari Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid. Lantas, seberapa kuat pasangan ‘AA’ ini?
“Kalau Anies Baswedan sering disurvei, dan hasilnya masih kecil, sekitar 2-3 persen,” kata Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari kepada awak media, Senin (25/6/2018).
Qodari melanjutkan, elektabilitas Gubernur DKI Jakarta itu di tangga survei capres memang tidak begitu tinggi. Anies berada pada tingkatan Gatot Nurmantyo atau Agus Harimurti Yudhoyono.
“Kadang posisi di atas, kadang di bawah dua nama itu. Tentu tidak mengherankan karena memang elektabilitas mereka bertiga masih relatif kecil dan di margin of error,” kata Qodari.
Lalu, bagaimana dengan posisi Ahmad Heryawan sebagai cawapres?
“Kalau Aher juga cukup sering disurvei sebagai calon wakil presiden, pertama karena dia salah satu dari sembilan nama yang dipertimbangkan PKS. Kedua dia dipertimbangkan serius karena dia Gubernur Jawa Barat dan notabene jumlah pemilihnya sangat besar,” ungkap Qodari.
“Tapi kalau pasangan mereka berdua jarang ya, di Indo Barometer itu juga belum ada. Yang ada kalau tak salah Anies dipasangkan dengan AHY, Aher biasanya dipasangkan sebagai cawapresnya Prabowo,” lanjutnya.
Bagaimana peluang duet Anies-Aher ini di mata peneliti senior seperti Qodari?
“Sebagai sebuah pasangan, ini tentunya menarik ya, karena relatif sama-sama masih muda. Yang kedua, sama-sama kepala daerah, satu DKI yang eksposurnya nasional. Kedua, Aher yang punya basis di Jabar. Tapi persoalannya ada di parpol karena sampai sejauh ini yang memasangkan AA ini cuma PKS dan PKS tidak bisa mengajukan sendirian dan di situlah masalah terbesarnya,” kata Qodari.
Qodari memandang saat ini sudah ada tiga kubu untuk menuju pilpres 2019 mendatang. Pertama kubu Jokowi, diikuti kubu Prabowo dan nonblok.
“Kubu pertama jelas Jokowi capresnya, kubu kedua ada Gerindra dan PAN, nah yang nonblok masih ada PKB dan PD yang punya jago-jago sendiri. PKB punya Muhaimin Iskandar dan PD punya AHY. Jadi kalau bicara kemungkinan politik, lebih mungkin AHY-Aher atau Muhaimin-Aher. Kalau Anies-Aher rasanya sulit karena dari mana kursinya. Pilpres jangan disamakan pilkada. Parpol tak gampang ngasih tiket ke orang lain seperti di pilkada,” pungkasnya.
(Ikhsan Djuhandar – www.harianindo.com)