Jakarta – Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) Arief Budhy Hardono meminta untuk tidak mengaitkan antara kampus dengan kegiatan radikal atau radikalisme secara mudah. Pernyataan tersebut diungkapkan untuk menanggapi beredarnya meme-meme tentang tujuh kampus terpapar radikalisme di media sosial.
Dilansir JPNN, Selasa (12/06/2018), Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) juga telah mengeluarkan pernyataan tentang adanya tujuh kampus yang terpapar radikalisme telah menggulirkan spekulasi yang menyudutkan berbagai perguruan tinggi.
Arif menegaskan bahwa hal tersebut dapat merugikan bagi kalangan perguruan tinggi dan hal tersebut harus segera dihentikan agar tidak menimbulkan keresahan dan rasa saling curiga satu sama lain.
“Informasi yang menyebutkan tujuh kampus terpapar radikalisme adalah suatu hal serius. Pernyataan tersebut dapat menimbulkan dampak sosial yang meresahkan masyarakat kampus perguruan tinggi tersebut termasuk para keluarga mahasiswa, keluarga dosen alumninya maupun masyarakat di luar kampus,” ujar Arief sebagaimana siaran pers ILUNI UI, Selasa (12/06/2018).
Baca juga : Ketua Komisi I DPR Menilai Kunjungan Yahya Staquf Ke Israel Telah Menyakiti Umat Islam
Akibatnya para pimpinan di perguruan tinggi mulai rektor hingga dekan dan ketua jurusan juga menjadi repot hanya karena sibuk menyampaikan klarifikasi. Tak hanya itu berbagai organisasi dan kelompok yang ada dalam lingkungan kampus akhirnya menjadi saling menaruh rasa curiga.
Arif menambahkan bahwa selama ini kehidupan sosial ataupun sikap toleransi di antara dosen dan mahasiswa kampus Universitas Indonesia (UI) baik di Depok maupun Salemba, Jakarta Pusat beserta alumninya sudah berjalan sangat baik.
“Demikian juga dengan kegiatan di masjid dan musala kampus baik yang di Depok maupun di Salemba berjalan sangat terbuka dan inklusif. Mahasiswa dan dosen datang ke masjid selain menjalankan ibadah salat, diskusi juga untuk memperdalam pengetahuan agama,” pungkasnya.
(Muspri-www.harianindo.com)