Sleman – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mencatat adanya gempa Tremor dalam letusan freatik Gunung Merapi yang terjadi dua hari terakhir. Gempa tremor jadi pertimbangan BPPTKG meningkatkan status gunung tersebut dari normal menjadi waspada.
Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida, menjelaskan, setelah letusan besar pada 2010, magma Gunung Merapi mendingin perlahan (cooling down). Namun, setelah itu terjadi 11 kali letusan freatik.
Pada 2012 letusan freatik terjadi sekali. Kemudian dua kali letusan pada 2013. Selanjutnya, tiga kali letusan yang sama pada 2014. Sempat tidur sementara, Gunung Merapi kembali meletus pada 2018 yakni 11 Mei 2018 dan tiga kali meletus pada Senin (21/5/2018).
“Terakhir dini hari tadi sekali,” kata Hanik di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY pada Selasa, 22 Mei 2018.
Dia mengungkapkan salah satu dari tiga letusam freatik yang terjadi pada Senin lalu terdapat gempat vulkanik yang diikuti gempa tremor. Gempa tremor terjadi karena adanya fluida atau sejumlah material.
“Alat kami merekam kejadian itu. Dari data EDM kita, untuk menentukan kembang kempisnya gunung api,” ujarnya.
Gempa tremor merupakan gempa yang bisa mengindikasikan adanya aktivitas vulkanik di gunung api. Namun, Hanik belum bisa memastikan apakah gempa tremor adalah salah satu tanda erupsi besar.
Baca juga: Yenny Wahid Ceritakan Peristiwa Reformasi pada Mei 1998
Ia menambahkan ciri erupsi freatik yang selama ini terjadi yakni mendadak dan singkat. Ada yang terjadi selama lima menit, 19 menit, serta jarak lontaran materialnya tak sama.
“Kami masih terus pantau (perkembangan Gunung Merapi). Setiap ada perkembangan akan kami infokan,” tandasnya. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)