Sidoarjo – Ledakan bom yang terjadi di lantai lima Rusunawa Wonocolo Sidoarjo, Jawa Timur, pada Minggu (13/5/2018) malam mengakibatkan tiga orang tewas, yakni terduga teroris Anton, istrinya Puspitasari (47), dan anak sulungnya.
Diduga ledakan tersebut adalah kecelakaan saat Anton sedang merakit bom di dalam rumahnya di Rusunawa Wonocolo.
Dua anak Anton, yakni FP dan GHA selamat, meski keduanya mengalami luka terkena serpihan bom. Sedangkan anak laki-laki Anton yang lain, AR (16), tidak mengalami luka karena berada di rumah neneknya, yang masih satu blok dengan tempat tinggal Anton.
Menurut penuturan Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang sempat berbincang-bincang dengan AR, ia tidak mau mengikuti jejak orang tuanya karena tidak senang dengan pandangan mereka yang sering mengkafirkan orang lain.
“Saya tidak mau ikut dengan bapak dan ibu karena mereka sering ajarin saya nggak bener. Dia selalu mengajarkan tentang jihad, ini orang kafir semua yang ada di sekitar sini, negara kafir, harus kita perangi, harus kita bunuh. Bila perlu kita yang bunuh diri menghadapi mereka,” ujar Tito menirukan jawaban AR saat menjadi narasumber di acara Mata Najwa, Rabu (16/5/2018) lalu.
AR juga mengaku pernah diajak ke rumah Dita oleh kedua orang tuanya dan mendengarkan ceramah yang disampaikan Dita.
“Saya tanya kenapa Adik (AR) tidak mau (gabung), dia bilang karena di sekolahnya tidak diajarkan seperti itu. Dia (AR) sekolah, sementara adiknya dua lagi tidak sekolah meskipun usia sekolah,” kata Tito.
Menurut Tito, AR juga sering melihat sang ayah belajar merakit bom melalui internet.
“Ayahnya kan berbisnis online ya, jadi sering di komputer. Dia (AR) sering melihat bapaknya browsing internet tentang cara membuat bom dan latihan-latihan militer,” tambah Tito.
(samsul arifin – www.harianindo.com)