Jakarta – Pasien diabetes rentan terhadap stres, yang apabila tidak diatasi bisa berlanjut menjadi depresi. Bila depresi menyerang, penderita diabetes akan kehilangan motivasi mempertahankan kadar gula darah.
Pernyataan Jacobs diperkuat hasil penelitian dari International Journal of Endocrinology pada September 2015. Penemuan tersebut mengungkapkan bahwa stres kronis dapat menyebabkan resistensi insulin yang berujung pada munculnya diabetes tipe 2.
Seorang tenaga pengajar diabetes bersertifikat dari Good Samatarian Medical Center di West Islip, New York Susan Ardilio, berpendapat jika stres kronik merupakan penyakit siklik. Sebagai contoh, perasaan tidak nyaman ketika tak bisa memakan apa yang teman Anda santap. Itu dapat menimbulkan isolasi sosial, yang membuat Anda merasa tidak baik.
“Dan bila itu terjadi, Anda mungkin akan makan terlalu banyak atau menikmati makanan yang tidak sehat. Perilaku itu dapat memperburuk diabetes Anda dan menyebabkan depresi,” ucap Adellio.
Apabila mengalami depresi, Anda mungkin tidak akan memiliki motivasi untuk mempertahankan kontrol kadar gula darah, atau menjadi malas berolahraga secara teratur. Hal ini tentu tidak baik. Sebab, menurut penelitian dari Medical Hypotheses yang dilakukan pada April 2015, depresi erat kaitannya dengan penyakit kardiovaskuler pada pasien diabetes. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)