Jakarta – Pemilihan presiden 2019 (pilpres) memang sudah dekat. Meski belum dimulai, namun genderang perang seolah sudah bergemuruh. Hal tersebut ditandai dengan pengumuman resmi terkait calon presiden dari PDI Perjuangan (PDIP). Hal tersebut diumumkan langsung oleh Megawati Sukarnoputri dalam pembukaan Rakernas III PDIP di Bali, pada Jumat (23/2/2018) silam.
Sebagaimana hasil pengumuman tersebut, PDIP bakal kembali mencalonkan Presiden Joko Widodo sebagai capres dalam Pilpres 2019 mendatang. Meski begitu, pengumuman tersebut memang tidak begitu mengejutkan semua pihak. Hal tersebut lantaran sebbelumnya beberapa partai pendukung pemerintah telah mendeklarasikannya terlebih dahulu.
Akan tetapi, pengumuman tersebut bisa dibaca sebagai sikap lebih percaya diri PDIP untuk bisa kembali memenangkan kontestasi pada 2019. Dengan tambahan dukungan PDIP, total dukungan untuk Jokowi dari kelima partai, yaitu NasDem 6,72%, Golkar 14,75%, Hanura 5,26%, PPP 6,53%, dan PDIP 18,95%, menjadi 52,21%.
Semakin tingginya kepercayaan diri PDIP untuk mengusung Jokowi kembali sebagai capres tentu selain karena sebagai petahana, juga karena dalam beberapa survei lembaga independen Jokowi selalu diatas angin jika dibanding dengan tokoh lainnya. Misalnya, hasil survei dari Poltracking yang diumumkan pada Kamis (22/2/2018).
Dalam hasil survei tersebut, menempatkan elektabilitas Jokowi tertinggi, termasuk atas rivalnya di Pilpres 2014, Prabowo Subianto. Dari 33 tokoh yang disodorkan, elektabilitas Jokowi sebesar 35%, Prabowo 21,2%, dan jauh di bawahnya ada Gatot Nurmantyo, Anies Baswedan, Agus Harimurti Yudhoyono. Adapun secara popularitas, Jokowi 95%, Prabowo Subianto 86%, dan beberapa tokoh lain menyusul di belakang mereka.
Di sisi lain, untuk Prabowo sendiri, masih dipertanyakan apakah dirinya bakal kembali bertarung dalam kontestasi lima tahunan ini dengan rival yang sama pada periode sebelumnya. Pasalnya, Gerindra kemungkinan bisa mencari kader lain. Hingga saat ini, Gerindra maupun mitra koalisi abadinya, yakni PKS dan PAN, belum menyatakan secara resmi siapa capres yang akan diusung.
Jika ketiga partai tersebut berkoalisi mengusung Prabowo kembali sebagai capres, modal kursi di DPR sudah lebih dari cukup dan melampaui batas minimum presidential threshold. Gerindra memiliki 73 kursi, PKS 40, dan PAN 49 kursi. Namun, yang jadi pertanyaan besarnya sekarang, mampukah Prabowo mengatasi ketertinggalan atau bahkan mengalahkan kandidat yang saat ini sedang berkuasa?
Kesimpulan yang dirilis Poltracking menyebutkan bahwa Prabowo masih memiliki kesempatan untuk bisa membalik keadaan lantaran sebenarnya kedua kandidat ini, yakni Jokowi dan Prabowo, sama-sama mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan survei pada November 2017 silam.
Ditambah lagi dengan pelaksanaan pilpres yang masih tersisa 15 bulan lagi, potensi perubahan persentase kedua tokoh tersebut masih sangat terbuka.
(Ikhsan Djuhandar – www.harianindo.com)