Jakarta – Baru-baru ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin mengajak Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Univeritas Indonesia (UI), Zaadit Tawqa ke Asmat, Papua. Terkait dengan tawaran tersebut, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon turut memberikan tanggapannya.
Fadli Zon menyampaikan hal tersebut dalam diskusi yang digelar dalam program acara Dua Sisi yang ditayangkan di TvOne. Usulan untuk mengirim Zaadit ke Asmat akibat aksinya yang sebelumnya memberikan kartu kuning ke Jokowi tersebut dianggap sebagai logika yang ngawur.
Fadli memberi kritikan tersebut guna menanggapi pernyataan dari Tsamara Amany yang mengatakan momentum setelah aksi kartu kuning Jokowi merupakan aksi yang demokrasi lantaran Jokowi lantas menggulirkan wacana memberangkatkan Zaadit ke Asmat.
“Nah itu aja logika yang ngawur. Masa ada aksi kayak begitu langsung mau dikirim ke Asmat? Lho apa urusannya?”, tanya Fadli kepada Tsamara.
“Begini ya, maksud saya itu tugas. Ini bicara substansi ya. Substansinya apa sih? Asmat? Saya kasih tahu Asmat itu fenomena gunung es.
Malnutrisi dan penyakitnya itu adalah penyakit sederhana yaitu campak. Itu penyakit yang ditemukan pada waktu abad ke-7 kala itu dan harusnya selesai di abad ke-20.
Kok masih ada sampai sekarang? Itu cuma perlu faksinasi dan imunisasi. Kok bisa 71 orang meninggal? Ini keterlaluan.
Satu lagi ini seharusnya tidak boleh terjadi. 37 persen sekarang laporan Bank Dunia, anak-anak usia dibawah 5 tahun mengalami statid grow, malnutrisi, gizi buruk, dsb. Jadi Asmat ini fenomena gunung es. Ini yang seharusnya menjdai perhatian”, ujar Fadli.
Sebelumnya dikabarkan bahwa Fadli sempat mengunggah sebuah cuitan di akun Twitter pribadinya bahwa tawaran ke Asmat untuk Zaadit dinilai tidak logis. Menurutnya, itu menandakan jika logika semakin menipis di Indonesia.
Beri kartu kuning, dikirim ke Asmat. Beri kartu merah dikirim kemana? Duh logika semakin menipis di negeri ini.
— Fadli Zon (@fadlizon) February 4, 2018
“Beri kartu kuning, dikirim ke Asmat. Beri kartu merah dikirim kemana? Duh logika semakin menipis di negeri ini,” kata Fadli Zon.
(Ikhsan Djuhandar – www.harianindo.com)