Washington – Pemerintah Amerika Serikat kembali mengenakan sanksi kali ini kepada dua tokoh pengembang misil Korea Utara, Kim Jong Sik dan Ri Pyong Chol, yang bertanggung jawab mengembangkan teknologi rudal balistik antar-benua.
Pada saat yang sama, Rusia menawarkan bantuan untuk menjadi mediator untuk mengurangi ketegangan Washington dan Pyongyang.
Tekanan kepada Korea Utara ini merupakan lanjutan dari sejumlah kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk membuat negara komunis itu melucuti program senjata nuklirnya. Korea Utara telah menyatakan rudal balistik berhulu ledak nuklir, Hwasong-15, bakal mampu menjangku semua wilayah AS.Sanksi ini bersifat simbolis namun penting agar tidak ada warga negara AS yang mau berhubungan dengan Korea Utara.
“Kementerian Keuangan menargetkan pemimpin program rudal balistik Korea Utara sebagai bagian dari tekanan maksimal kami untuk mengisolasi (Korea Utara), dan melakukan denuklirisasi Semenanjung Korea,” kata Steve Mnuchin pada Jumat (29/12/2017).
Langkah AS ini juga melanjutkan sanksi ekonomi berat yang dikeluarkan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat pekan lalu sebagai respon atas uji coba rudal balistik Hwasong – 15 pada 29 Nopember lalu. Sanksi PBB itu mencukur suplai minyak mentah dan produk minyak olahan ke Korea Utara. Ini membuat Korea Utara berang dan menyebut sanksi PBB besutan AS itu sebagai tindakan perang. (Tita Yanuantari – www.harianindo.com)