Jakarta – Presien Joko Widodo dan jajaran menterinya akan melakukan rapat kabinet pada Jumat (22/12/2017) mendatang di Bali guna menunjukkan bahwa Pulau Dewata aman untuk dikunjungi dan tidak terpengaruh dengan Gunung Agung.
Menurut Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, status ‘Awas’ yang ditetapkan hanya berdampak pada radius 10 km, bukan pada keseluruhan dari Pulau Bali.
“Status Gunung Agung, saya ingin sampaikan sekali lagi, kita harus akui mungkin kami membuat assessment yang keliru. Jadi Awas itu dengan simulasi komputer yang ada, Awas yang bisa membuat gangguan itu hanya 10 km radius Gunung Agung,” kata Luhut seusai video conference di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (18/12/2017).
Luhut juga menambahkan, dampak kekhawatiran terhadap status Gunung Agung berakibat pada menurunnya ekonomi di Bali. Bahkan lebih buruk dari dampak peristiwa Bom Bali beberapa tahun yang lalu.
“Bali merupakan tourist destination nomor 1 di dunia dan itu membuat keuntungan di Indonesia. Akibat 3 bulan ini, kita memberikan status awas ke seluruh Bali, itu keadaan ekonomi di Bali lebih jelek daripada waktu bom Bali dulu,” jelas Luhut.
Luhut kembali menegaskan, keadaan Bali aman untuk dikunjungi, baik oleh turis domestik maupun mancanegara. Bahkan Bandara Internasional Ngurah Rai juga telah beroperasi kembali setelah sempat ditutup beberapa waktu.
“Saya ulangi, tidak ada masalah Gunung Agung untuk seluruh daerah di bali, yes ada masalah di radius 10 km. Kemudian juga hasil prediksi angin, angin bertiup ke timur jadi tidak akan mengenai landasan udara Ngurah Rai,” terangnya.
Karena itu, untuk menunjukkan bahwa Bali aman, Presiden Jokowi dan para menterinya akan menggelar rapat di Bali pada 22 Desember mendatang.
“Jadi saya ulangi, tidak ada dampaknya ke seluruh Bali. Oleh karena itu, Presiden sudah memerintahkan kami akan ada rapat kabinet nanti di Bali di kantornya Pak Menteri Basuki pada tanggal 22 Desember nanti,” tandas Luhut.
(samsul arifin – www.harianindo.com)