Madinah – Seseorang telah membuat sebuah kabar yang menghebohkan terkait nasib seorang Jamaah Haji yang bernama Slamet (77) asal Jember. Kabar tersebut diunggah pada hari Rabu (09/08/2017) dimana dalam postingan tersebut Slamet yang menderita sakit stroke telah ditelantarkan.
Selama enam hari di Madinah, ia baru sekali beribadah ke Masjid Nabawi. Itu pun Slamet ditempatkan di area yang panas.
Mendengar kabar tersebut, petugas haji merasa bingung dan kaget. Pasalnya ketika tiba di Madinah hingga saat ini, Slamet selalu ditangani dan dipantau oleh petugas.
Ketika Slamet tiba di Hotel Borg Almoktarah, pemondokan sektor 5 Madinah pada hari sabtu (05/08/2017), Slamet digendong langsung oleh petugas perlindungan jemaah (linjam) Serka Alpan Arbudi dan dibawa masuk ke dalam hotel.
“Setiap bus tiba, kami selau cek siapa yang tidak bisa jalan, maka kami bantu. Saya gendong waktu itu,” kata Alpan di Sekretariat Sektor 4, Kamis (10/08/2017).
Baca juga : 12 Jamaah Haji Indonesia Wafat di Madinah, Ini Daftarnya
Petugas haji memang tak bisa didampingi terus-menerus atau setiap waktu. Jumlah jadi alasan utama. Sekadar perbandingan total jemaah Indonesia baik reguler dan khusus saat ini berjumlah 221 ribu, sedangkan petugas haji berjumalh 3.500 orang. Solusinya, jemaah dibagi dalam regu atau rombongan sehingga mendapat bantuan dari jemaah lainnya.
Alpan mengaku sempat mengantar Slamet ke Masjid Nabawi untuk Shalat. Dia menggendong Slamet dari hotel ke masjid, kemudian menunggu di samping Slamet yang sedang Shalat di kursi roda. Selanjutnya membawa Slamet kembali ke hotel.
“Maaf ya, kadang buang air kecil atau besar pas digendong. Ya namanya juga orang tua,” kata anggota Kodam I Bukit Barisan ini.
Dokter pendamping SUB 27 (Embarkasi Surabaya), Gini Wuryandari, juga ikut menjelaskan kondisi Slamet selama ibadah haji. Sejak awal kedatangan di Madinah, kondisinya masih stabil. Slamet juga lebih suka berbaring dan bukan karena lemah, tapi karena nyaman dalam kondisi tersebut.
Gini juga bercerita bawa dalam perjalanan dari Tanah Air ke Madinah, Slamet mendapat prioritas. Dia awalnya duduk terpisah dari istri, tapi kemudian penumpang diminta mengalah sehingga Slamet bisa berdampingan dengan istri.
Ketika turun dari pesawat, dia juga didahulukan. Pun halnya dengan proses di imigrasi Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz Madinah.
“Tiba di hotel, Pak Slamet digendong turun dari bus. Setelah menempati kamar, kami visitasi (kunjungan) tiap hari. Jadi dimana letak terlantarnya, saya juga nggak tahu,” kata Gini tanpa emosi berlebihan.
(Muspri-www.harianindo.com)