Harian IndoJakarta – Bayi tabung biasanya menjadi pilihan terakhir bagi pasangan yang belum dikaruniai momongan setelah berbagai upaya medis dilakukan. Namun program bayi tabung juga tidak selalu menjanjikan keberhasilan.
Berdasarkan laporan dari European Society of Human Reproduction and Embryology saja, angka keberhasilan bayi tabung di Eropa maksimal hanya 33-34 persen.
Menurut dr Benediktus Arifin, MPH, SpOG, bayi tabung tidak menjamin sang wanita langsung hamil, karena proses kehamilan tidak hanya ditentukan oleh dokter.
“Kehamilan itu bukan hanya kita tapi juga Yang Maha Kuasa berperan. Jadi kita nggak pernah menjanjikan orang datang itu pasti hamil, nggak bisa,” jelas dr Benediktus di sela-sela Grand Opening Klinik Bayi Tabung Morula IVF Surabaya di National Hospital Surabaya belum lama ini.
Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilam bayi tabung yakni usia pasangan. Semakin tinggi usia, maka semakin menurun kemungkinan keberhasilan bayi tabung.
“Kenapa kok sering gagal? Contohnya yang datang pasangan udah 14 tahun menikah, usianya di atas 40 tahun, tentu chance-nya tidak sebanyak yang lebih muda. Padahal fertility akan terus menurun seiring dengan bertambahnya umur,” urainya.
Selain itu, faktor kesehatan sperma suami juga menentukan. Dan ini yang seringkali tidak diperhatikan oleh pasangan, karena biasanya yang sering diperiksakan hanya istrinya saja.
“Padahal kita harus tahu bahwa sperm problem itu menempati posisi yang 50 persen juga,” jelasnya.
(samsul arifin – www.harianindo.com)
