Harian IndoJakarta – Ditengah dunia yang semakin modern, sebagian orang semakin menyukai benda yang berbau digital. Namun, hal itu tampaknya berbeda dengan Fahmy Siddiq (24), ia lebih menyukai camera analog dibandingkan digital.
Bermula dari keisengannya membuka album foto lawas keluarganya sekitar lima tahun yang lalu, ia merasa ada sensasi berbeda ketika melihat hasil foto yang dicuci dan disusun rapi dalam sebuah album fisik.
Kamera analog pertama yang dimilki oleh Fahmy yakni Olympus XA2 dari tahun 1980 milik orang tuanya. Lama-kelamaan Fahmy mulai mengulik kamera analog jenis lomo dengan membeli Diana F+.
Selain karena hasilnya yang bagus, Fahmy juga mengatakan kamera analog juga merupakan soal menikmati dan menghargai proses. Mulai dari mengisi roll film ke kamera, menjepret, hingga menunggu hasil cuci fotonya.
Sama halnya dengan Azmi Mudhoffar (25), seorang fotografer freelance ini merasa lebih menghargai karyanya ketika belajar kamera analog. Ia baru setahun terakhir mempelajari kamera analog.
Perbedaan feeling saat memotret akan sangat terasa jika dibandingkan dengan menggunakan camera digital. Pasalnya, di kamera digital, Anda bisa menjepret banyak foto untuk kemudian melihat hasilnya pada layar yang tersedia. Jika tak suka, Anda bisa langsung menghapusnya.
Hal tersebut tidak bisa dilakukan di kamera analog. Bagus atau tidaknya hasil jepretan baru bisa diketahui ketika melewati proses cuci foto.
Fahmy juga menuturkan, momen di saat-saat menanti hasil cuci foto juga memberikan sensasi tersendiri. Seolah ada daya kejut yang dirasakan ketika melihat hasil foto sesuai atau tak sesuai ekspektasi awal. (Rere – www.harianindo.com)
