Jakarta – World Allergy Organization menegaskan jika anak lebih berisiko mengalami alergi dibanding orang yang lebih tua dengan prevalensi 4 hingga 6 persen dibandingkan orang dewasa yang hanya sebesar 1 hingga 3 persen.
Hal tersebut disebabkan karena anak lebih berisiko mengalami alergi yang berasal dari riwayat penyakit atopik dalam keluarga seperti dermatitis atopik, asma, dan atau rhinitis alergi dari setidaknya salah satu orangtua ataupun saudara kandung.
Perkembangan selama masa tumbuh anak pun ikut berpengaruh dalam pemunculan alergi seperti proses kelahiran dengan operasi caesar, penggunaan antibiotik saat persalinan, hingga terpapar oleh asap rokok.
Tak hanya itu, data dari Allergy & Asthma Foundation of America menyatakan bahwa alergi protein susu sapi merupakan salah satu alergi makanan yang paling banyak terjadi pada anak-anak.
Penelitian di beberapa negara di seluruh dunia menunjukkan, prevalensi alergi protein susu sapi pada anak-anak di tahun pertama kehidupan sekitar 2 hingga 7,5 persen.
“Gejala akibat alergi susu sapi ini dapat menyerang sistem gastrointestinal dan kulit masing-masing sebesar 50-60 persen, dan juga sistem pernapasan sebesar 20-30 persen,” ungkap konsultan alergi imunologi anak Prof. DR. Budi Setiabudiawan, dr., SpA(K), M.Kes dalam sebuah rilis seperti dilansir dari metrotvnews.com, Rabu (26/7/2017).
Dr Budi menjelaskan, reaksi alergi yang dapat timbul dapat berupa eksim pada kulit, mengi pada saluran napas, kolik, diare berdarah, hingga konstipasi. Jika tidak segera ditangani dan dibiarkan, keadaan ini akan menganggu optimalisasi tumbuh kembang anak dan memberi dampak jangka panjang terhadap kesehatan di usia dewasa.
Beberapa gangguan yang bisa ditimbulkan adalah anak mejadi pemilih (picky eater) dimana hal tersebut akan berpengaruh pada berat badan anak dan pertunbuhan fisik secara keseluruhan.
Tak berhenti sampai di situ, gangguan hormon akibat alergi juga berisiko memunculkan kegemukan atau obesitas, yang jika tidak dikendalikan akan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan diabetes di masa depan.
Terkait alergi protein susu sapi, penanganan yang dilakukan cenderung lebih sulit karena bahan makanan ini tak hanya terdapat pada susu saja, namun berbagai jenis makanan lain.
Baca juga: Polusi Udara di Jakarta Sudah Mengkhawatirkan
Dengan demikian, diperlukan ketanggapan orangtua untuk mencermati kandungan dalam berbagai makanan dan menangani reaksi alergi pada anak dengan cepat. (Yayan – www.harianindo.com)