Jakarta – Baru-baru ini, Indonesia dikabarkan tengah mengembangkan sebuah teknologi pesawat tanpa awak (UAV/drone). Pengembangan teknologi drone tersebut telah dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Drone buatan BPPT tersebut bukan saja untuk kebutuhan sipil seperti pemetaan (mapping), namun juga keperluan militer untuk pemantauan (surveillence) serta mengawasi seluruh wilayah yang ada di Indonesia. Menurut Kepala Program Drone BPPT, Joko Purwono Soehardi, tahun depan bakal dibuat prototype bernama MALE atau Medium Altitude Long Endurance.
Drone tersebut dinilai bakal lebih canggih, baik ukuran, teknologi maupun kemampuan, dari Wulung. Ia melanjutkan, rencananya prototype bakal selesai dikerjakan selama satu tahun. Sehingga pada tahun 2019 mendatang, drone tersebut sudah bisa diuji coba. Joko mengklaim bahwa MALE sanggup terbang selama 24 jam sehari, dengan ketinggian antara 20 hingga 30 ribu kaki.
“MALE untuk kebutuhan TNI AU sebagai salah satu alat pertahanan. Beratnya sekitar 1,3 ton dan terbang dari landasan. Panjang sayap sekitar 18 meter dengan bahan bakar avtur,” kata Joko di Cirebon, Jawa Barat, Sabtu, 15 Juli 2017.
“Muatannya bukan kamera saja, tapi radar untuk melihat benda di bawah awan,” ungkapnya. Mengenai biaya pembuatan prototype, Joko mengaku berasal dari anggaran BPPT. Meski begitu, ia enggan menyebut besaran nilai untuk membangun MALE.
“Biaya pengembangan dari BPPT. Itu full. Pokoknya besar, saya tidak bisa menyebut angkanya,” tutur dia. Adapun Wulung, menurut Joko, memiliki kemampuan jelajah 200 km dan hanya mampu terbang 6 jam dengan ketinggian 12-14 ribu kaki.
“Tidak bisa lihat (area pengawasan) jika di atas awan. Kalau cuaca bagus (tak ada awan) bisa terbang sampai 20 ribu kaki, tapi jangkauannya 150 km, dan di titik itu nggak bisa online kirim data,” aku Joko.
Baca Juga : Ini Tanggapan Jokowi Terkait Pemblokiran Telegram di Indonesia
Joko melanjutkan bahwa Wulung sanggup mengirimkan data pengawasan secara realtime dalam terbang ketinggian normal. Drone MALE dibangun atas konsorsium antara BPPT, PT Dirgantara Indonesia, PT LEN, ITB, dan Kementerian Pertahanan.
(bimbim – www.harianindo.com)