Jakarta – Khofifah Indar Parawansa selaku Menteri Sosial mengingatkan jika bahaya gerakan anti Pancasila dan radikalisme yang telah merebak di kalangan pelajar dan mahasiswa. Sejumlah survei, lanjut Khofifah, memaparkan hasil yang cukup mencengangkan.
Antara lain dari Saiful Mujani yang menyebutkan jika benih radikalisme di kalangan remaja Indonesia sudah dalam tahap mengkhawatirkan.
Sebanyak 6,12 persen menyatakan setuju apabila pengeboman yang dilakukan Amrozi cs merupakan perintah agama.
Dan 40,82 persen responden menjawab “bersedia”, dan 8,16 persen responden menjawab “sangat bersedia” melakukan penyerangan terhadap orang atau kelompok yang dianggap menghina Islam.
“Umumnya pelajar yang dimaksud siswa SMA dan mahasiswa atau di kalangan perguruan tinggi. Bahaya kalau ini terus dibiarkan,” kata Khofifah.
Sementara pada survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) disebutkan ada 9,2 persen responden yang setuju NKRI diganti menjadi negara khilafah atau negara Islam.
Lantas dalam survei Wahid Foundation, lanjut Khofifah, sebanyak 7,7 persen responden bersedia melakukan tindakan radikal bila ada kesempatan dan sebanyak 0,4 persen justru pernah melakukan tindakan radikal.
Khofifah menegaskan, angka yang disebutkan tersebut mungkin terbilang kecil. Namun demikian, tetap merupakan suatu ancaman.
Baca juga: Oknum Polisi Diduga Tampar Siswa SD
Karena bukannya tak mungkin jumlahnya semakin besar dan menganggu stabilitas keamanan dan politik bangsa. (Yayan – www.harianindo.com)