Jakarta – Pemblokiran media sosial Telegram oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) jelas menuai pro dan kontra. Menkominfo Rudiantara berdalih bahwa di medsos Telegram banyak tersebar konten negatif dan propaganda radikalisme hingga terorisme.
Tak lama berselang, Kapolri Jenderal Tito Karnavian ikut angkat bicara dan mendukung sikap pemerintah untuk memblokir Telegram. Menurutnya, Telegram selama ini menjadi medsos favorit yang digunakan oleh kelompok teroris.
Telegram dinilai memiliki banyak keunggulan dan nyaman digunakan oleh kelompok teroris sebagai sarana komunikasi. Medsos ini sulit terdeteksi dan mampu menampung hingga 10 ribu member.
“Jelas jadi masalah karena jadi medsos paling favorit kelompok teroris,” ujar Tito pasca membuka kegiatan Bhayangkara Run di MOnas, Minggu (16/7) pagi.
Sebagai contoh, beberapa kelompok teroris yang menggunakan Telegram sebagai sarana komunikasi yakni seperti pelaku bom bunuh diri di Jalan Thamrin, teroris di Kampung Melayu. pelaku penyerangan polisi di Masjid Falatehan Jakarta, hingga bom panci di Bandung.
Baca juga:
Telegram Disebut Bisa Sembunyikan Identitas Teroris
Kemenkominfo Juga Ancam Blokir Twitter Hingga Facebook
Setelah Telegram diblokir oleh pemerintah, Tito menegaskan bahwa pihaknya akan tetap memantau apakah teroris akan beralih menggunakan media sosial lain sebagai sarana komunikasi. (Yayan – www.harianindo.com)