Jakarta – Utang Indonesia diberitakan membengkak, yang disebabkan karena banyaknya proyek-proyek strategis yang sedang dikebut oleh pemerintah. Hal ini juga dibenarkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Menurut Jusuf Kalla, kenaikan utang Indonesia merupakan konsekuensi dari banyaknya pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah.
“Ini konsekuensi akibat biaya pengeluaran negara, karena begitu banyak dan besar. Kemudian kita tetap ingin adanya pertumbuhan, tentu ada defisitnya. Defisitnya itu dibayarkan oleh utang,” kata Kalla di kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (12/7/2017).
Menurut data, hingga akhir Mei 2017, jumlah utang luar negeri Indonesia telah mencapai Rp 3.672,33 triliun. Jumlah ini naik Rp 1.067,4 triliun sejak Jokowi-JK mulai menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden pada 2014 lalu.
Secara terpisah, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan bahwa utang yang dimiliki oleh Indonesia digunakan untuk hal-hal yang produktif, bukan untuk membayar utang dan bunga utang.
“Orang mengatakan kita punya utang. Tapi kalau kita lihat rasio utang kita terhadap GDP, selalu di bawah 30%. Sekarang ini berkisar 27%,” kata Luhut di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (11/7/2017).
Luhut juga mengaku tidak merasa khawatir dengan besarnya utang tersebut karena pemerintah lebih memprioritaskan kerja sama yang bersifat bussiness to bussiness.
“Kalau secara B to B tidak masalah. Kami akan bayar dari project itu, dari yang dibiayai dari utang itu,” ucap Luhut.
(samsul arifin – www.harianindo.com)