Jakarta – PT Modern Sevel Indonesia (MSI) selaku pemegang master franchise 7-Eleven (Sevel) di Indonesia resmi menutup seluruh gerai di Indonesia per 30 Juni 2017. Penutupan tersebut terpaksa lakukan oleh induk usahanya, PT Modern Internasional Tbk (MDRN), karena operasional Sevel terus merugi.
Darmin Nasution selaku Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menegaskan, tutupnya Sevel di Indonesia lantaran manajemen perusahaan terlalu mengandalkan profit dari margin produk yang dijual, sehingga kalah bersaing dengan pesaing.
“Kalau menurut saya sebagai bisnis modelnya dia terlalu mengandalkan profit perdagangan. Kalau kita lihat yang lain seperti minimarket lain itu ambil profitnya sedikit sekali. Mereka mengambilnya dari perusahaan-perusahaan yang memasukan barang ke mereka,” ungkap Darmin ditemui usai Halalbihalal di kantornya, Senin (3/6/2017).
Strategi pendapatan yang dilakukan oleh pihak pengelola Sevel, menurut Darmin, berbeda dengan perusahaan jaringan minimarket lainnya, yang mengambil margin perdagangan tidak terlalu besar.
“Sehingga bisa diperkirakan ya kalah bersaing. Sehingga bukan itu bisnis model yang pas karena saingan-saingannya mengungguli dia (Sevel),” ujar mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) ini.
Diungkapkannya, model bisnis jaringan ritel asal Amerika Serikat (AS) tersebut juga dianggap kurang tepat diterapkan di Indonesia.
Baca juga: Produksi AS Turun, Minyak Dunia Alami Penguatan
“Sebenarnya itu adalah persaingan bisnis model. Grup Sevel bisnis modelnya lain, dia sebenarnya izinnya saja kelihatannya restoran dan selalu dipemukiman. Karena restoran tidak boleh di permukiman. Jadi bukan ritel,” tegas Darmin. (Yayan – www.harianindo.com)