Jakarta – Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Mansury membantah adanya anggapan bawha PT Garuda Indonesia Tbk sedang mengalami masalah keuangan karena terlilit utang hingga triliunan rupiah.
“Kalau dari kami, struktur keuangan Garuda Indonesia baik dan sehat. Jadi kami punya likuiditas yang masih baik. Tingkat utang juga masih rendah untuk saat ini. Debt to equity ratio (rasio utang terhadap ekuitas) itu di bawah 2,5 kali. Biasanya di industri perbankan rasio tersebut dijaga di bawah 3 kali. Kalau mau konservatif di bawah 2,5 kali,” jelas Pahala, Rabu (14/6/2017).
“Dari sisi itu, tidak ada masalah. Yang justru diperlukan saat ini adalah perbaikan dari sisi operasional yang berpengaruh terhadap kinerja keuangannya,” ujarnya.
Karena itu, pihak manajemen Garuda Indonesia akan mengambil dua langkah penting dalam memperbaiki operasional Garuda, yakni mengoptimalkan biaya pesawat, dan merestrukturisasi rute dan network.
Pertama mengoptimalkan biaya pesawat. Biayanya sekarang 30-35 persen dari total cost perusahaan. Dari sisi itu, kami seharusnya bisa mengoptimalkan utilisasi pesawat-pesawat yang kami miliki. Opsi lainnya adalah menurunkan biaya tersebut. Ini yang memang harus dilakukan untuk optimalisasi pesawat. Sehingga biaya atau cost per seat itu lebih murah,” kata Pahala.
“Kedua melakukan peningkatan kualitas pelayanan kami. Dari pelayanan kabin memang sudah baik, ini yang harus dijaga. Pelayanan dan produk itu harus lebih unggul dari airlines lain, seperti ketepatan terbang, waktu package handling, termasuk berapa banyak penumpang yang bisa menggunakan garbarata,” tambahnya.
Pahala juga menepis kabar yang menyebutkan Garuda Indonesia akan menambah armada pesawat Airbus 350.
“Itu belum ada rencana. Kalau 350 tidak ada. Yang ada adalah rencana penambahan pesawat di Citilink tapi pengadaannya lewat Garuda. Yang wide body tidak ada. Pertimbangannya, kami masih ingin optimalisasi pesawat yang ada.,” tandasnya
(samsul arifin – www.harianindo.com)