Jakarta – Domingus Roudolsifa, seorang pemuda asal Timor Leste mendapat hidayah masuk Islam karena melihat akhlak baik dan dermawan ustaz Syamsul Arifin Nababan. Ia bercerita, sebelum menjadi mualaf dirinya bekerja sebagai buruh bangunan di NTT.
Suatu waktu ia bertemu dengan seorang ustadz yang sikapnya baik dan santun. Ustadz tersebut juga dermawan tidak hanyake sesama muslim tapi juga kepada nonmuslim.
Domingus tertegun melihat sikap ustaz tersebut. Cara bicara dan memperlakukan orang begitu baik, sedangkan selama ini dia berkelakukan buruk. Sampai suatu hari, dirinya melihat ada dua orang masuk Islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat.
“Di situ saya menangis mendengar kalimat dua kalimat syahadat. Dalam pikiran saya apa makna dari syahadat,” ucap Domingus kepada awak media, di pondok pesantren Mualaf An Nabba center, Ciputat, Senin (12/6/2017).
Ia pun terus kepikiran akhlak baik ustaz dan ingin menjadi mualaf. Kemudian Domingus bercerita kepada mandornya soal keinginanya tersebut. Mandornya itu menanyakan kesungguhannya. Dia meyakinkan mandornya bahwa bersungguh-sungguh ingin menjadi mualaf.
Sang mandor lantas menyarankan agar keputusan tersebut diceritakan kepada kedua orangtuanya. Tak menunggu waktu lama dia pulang ke kampung halaman dan menyampaikan keinginannya. Orangtuanya sangat terkejut. Terlebih lagi ibunya merupakan seorang pendeta.
“Alhamdulillah walau kaget mereka menyetujui,” ungkap pemuda 20 tahun tersebut.
Namun ia tak langsung mengucapkan dua kalimat syahadat. Mandornya yang butuh keyakinan menanyakan langsung kepada kedua orangtua Domingus. Kedua orangtuanya mengiyakan bahwa mereka menyetujui anaknya berpindah agama.
Kemudian, mandor itu memberitahukan niat Domingus kepada ustaz Nabababan. Ustaz Nababan memfasilitasi Domingus ke Jakarta untuk bersyahadat dan tinggal di pondok pesantren An Nabba. Sesampainya di pondok, dia syahadat. Menurutnya setelah mengucapkan syahadat hatinya terasa tenang. Beban-beban yang ada dipikirannya hilang dan mulai belajar Islam lebih mendalam. Dia lalu berganti nama menjadi Muhammad Arfan.
“Alhamdulillah awalnya saya belajar Iqro, saya awalnya melihat Iqro itu saya pusing,” lanjut anak pertama dari enam bersaudara.
Dengan menjadi muslim dirinya pun berharap bisa berperilaku baik. Sebab selama ini dia anak yang kerap kali melawan kepada orangtua. Bahkan dia pernah meracuni ibunya. Dia tak pernah berkata baik kepada keluarganya. Dalam seminggu bisa sampai tiga kali membuat keluarganya menangis dengan perilakunya itu.
Saking buruknya ibunya menjuluki Domingus sebagai anak dajal. Sebelum berangkat ke Jakarta pun dia mengaku sempat membuat nangis ibu dan adiknya. Malah adiknya sampai dia tendang dadanya. Masalahnya sepele karena bajunya dipakai oleh si adik. Kini dia pun menyesal atas perbuatannya kepada keluarganya itu. Suatu hari dia ingin bersimpuh meminta maaf kepada orangtuanya.
Kini ia merasa perilakunya sudah mulai ada perubahan.
Baca juga: Jokowi : “Zakat Pak JK Seharusnya Lebih Gede Dari Saya”
“Mulai masuk Islam perilaku saya udah mulai berubah walau belum 100 persen,” pungkasnya. (Yayan – www.harianindo.com)