Davao – Kementerian Luar Negeri menyatakan Konsulat Jenderal RI di Kota Davao, Filipina, mengunmumkan rencana pemulangan 17 warga Indonesia yang sempat terjebak konflik di Marawi, besok.
Konflik antara militer dan pemberontak itu pecah pekan lalu, menyusul kegagalan aparat menangkap Isnilon Hapilon, pemimpin kelompok teror ISIS di Asia Tenggara.
“Setelah berhasil dievakuasi, 17 WNI kini sudah berada di wisma nusantara KJRI Davao. Mereka akan diterbangkan ke tanah air besok,” ucap Juru Bicara Kemlu Arrmanatha Nasir dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat (2/5/2017).
Arrmanatha melanjutkan, belasan WNI tersebut dalam kondisi baik saat dievakuasi tim KJRI bersama dengan otoritas Filipina, sehari sebelumnya.
Dia menyebut evakuasi dilakukan pada dua tempat berbeda. Sebanyak 11 WNI dievakuasi dari Marantao, 20 km dari Kota Marawi, Provinsi Lanao del Sur. Sementara, 6 WNI dievakuasi dari Sultan Naga Dimaporo, Provinsi Lanao del Norte.
Para WNI tersebut adalah anggota Jamaah Tablig yang sedang berdakwah di wilayah itu dan dinyatakan tidak memiliki keterlibatan dengan pihak militan.
Tak hanya itu, Arrmanatha mengatakan kegiatan 17 WNI itu juga telah diketahui otoritas FIlipina lewat organisasi Jamaah Tablig di tempat itu.
“Keberadaan para WNI ini diketahui aparat keamanan Filipina karena secara resmi diinfokan pengurus JT di Marawi kepada otoritas di sana,” tutur Arrmanatha.
“Bu Menlu Retno Marsudi juga sempat berkomunikasi dengan salah satu WNI yang sudah dievakuasi itu. Mereka sampaikan dalam kondisi baik,” ucapnya menambahkan.
Saat ini ada tujuh orang warga Indonesia yang ditetapkan Kepolisian Filipina sebagai buron karena diduga terlibat dalam bentrokan tersebut.
Baca juga: Diduga Teoris, 4 WNI Menjadi Buron di Filipina
“Mengenai tujuh WNI terduga terlibat kelompok militan di Marawi ini harus dikonfirmasi lebih detail kepada Polri dan BNPT. Kami juga perlu lebih dulu mengetahui sejauh mana para terduga ini terlibat dalam konflik tersebut,” pungkasnya. (Yayan – www.harianindo.com)