Manila – Sudah hampir sepekan ini tentara Filipina melakukan pertempuran melawan milisi yang menyatakan diri terafiliasi dengan ISIS. Jumlah korban meninggal telah mendekati angka 100 orang.
Dilansir dari AFP, Senin (29/5/2017), sebanyak 2.000 orang penduduk terjebak di sebuah kota di Filipina Selatan.
Presiden Rodrigo Duterte sendiri telah mengumumkan darurat militer pada Selasa (23/5/2017) lalu di sepanjang Mindanao yang merupakan basis milisi terafiliasi ISIS.
Militer Filipina mengintensifkan pemboman di Kota Marawi, Pulau Mindanao, karena milisi beresnjata disebutkan telah membunuh anak-anak dan perempuan di sana.
Sekitar 200 ribu penduduk telah mengungsi, namun 2.000 penduduk lainnya masih terjebak di lokasi yang dikuasai milisi. Hal ini diungkapkan oleh juru bicara komite manajemen krisis kawasan, Zia Alonto Adiong.
“Mereka telah mengirimkan pesan tertulis, menelepon nomor kami, meminta kami untuk mengirim tim bantuan, tapi kami tak bisa sesederhana itu pergi ke kawasan yang tak bisa kami akses,” kata Adiong.
“Mereka ingin pergi. Mereka takut akan keselamatannya. Beberapa dari mereka kehabisan makanan. Mereka takut kena terjang peluru atau serangan udara,” tambahnya.
Pihak Militer sendiri pada Sabtu (27/5/2017) menegaskan bahwa mereka akan mengambil langkah lebih jauh dengan meningkatkan pemboman terhadap kawasan yang dinilai telah dikuasai milisi.
“Karena kami ingin menghindari kerusakan tambahan, pemberontak itu memaksa tindakan pemerintah dengan bersembunyi dalam rumah-rumah penduduk, gedung pemerintahan, dan fasilitas lain,” kata juru bicara militer, Brigadir Jenderal Restituto Padilla.
“Penolakan mereka untuk menyerah membuat penduduk kota menjadi tertahan. Maka sekarang menjadi perlu bagi kami untuk menggunakan serangan udara untuk membersihkan kota dan membawa pemberontakan ini ke akhir yang lebih cepat,” ujarnya.
Juru bicara militer regional Letnan Kolonel Jo-ar Herrera mengatakan, sebanyak 19 warga sipil telah dibunuh milisi, termasuk diantaranya tiga orang perempuan dan seorang anak-anak.
“Ada penduduk sipil, perempuan. Para teroris ini anti-penduduk,” kata Herrera.
Hingga kini 15 tentara, dua polisi, dan 61 orang milisi telah tewas dalam pertempuran, sehingga total korban yang meninggal mencapai 97 orang.
(samsul arifin – www.harianindo.com)