Jakarta – Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebutkan bahwa pelaku bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu pada Rabu (24/5/2017) malam lalu merupakan bagian dari kelompok teroris Jamaah Ansorut Daulah (JAD). Kelompok ini disebutnya memang menargetkan anggota kepolisian.
“Kenapa polisi sasarannya? Mereka menggunakan doktrin Takfiri, segala sesuatu yang bukan berasal dari Tuhan itu adalah haram. Sehingga muslim yang dianggap tidak sepaham dengan mereka dianggap kafir,” kata Tito di lokasi kejadian, Kampung Melayu, Jakarta Timur, Jumat (26/5/2017).
Menurut pemahaman JAD, kafir yang dimaksudkan adalah Kafir Harbi dan juga Kafir Dzimmi. Polisi diposisikan sebagai Kafir Harbi, yaitu kafir yang menjadi musuh Allah, musuh Rasulullah, dan musuh kaum Muslimin. Kafir Harbi dianggap senantiasa menumpahkan darah kaum Muslimin.
“Polisi karena tugasnya, kita melakukan penindakan hukum. Jadi bagi mereka adalah Kafir Harbi. Lebih dari 120 anggota Polri jadi korban, 40 di antaranya termasuk yang gugur. Sementara luka 80-an,” ujar Tito.
“Sekali lagi, mari kita sama-sama hadapi mereka,” tambahnya.
Sedangkan Kafir Dzimmi menurut penjelasan Tito, yaitu kafir yang tidak memusuhi Islam, sebaliknya, mereka adalah kafir yang tunduk kepada aturan negara Khilafah sebagai warga negara, meskipun mereka tetap dalam agama mereka.
Karena itu, Tito mengajak seluruh mesyarakat agar tidak gentar dalam melawan teroris yang telah mengorbankan banyak orang.
“Mereka adalah kelompok kecil, kita perlu bersama sama menekan mereka, menetralisir mereka. Kemampuan negara, Polri, TNI, masih jauh di atas mereka,” ujarnya.
“Masyarakat tidak perlu panik, kita akan melakukan tugas sebaik-baiknya. Sekali lagi, untuk masyarakat jangan panik ya, saya yakin kita semua tetap kuat. Ini kelompok kecil, kita akan kejar mereka,” pungkasnya.
(samsul arifin – www.harianindo.com)