Malang – Pihak TNI AU sedang menyelidiki secara serius terjait peristiwa tewasnya satu prajurit Batalyon Komando (Yonko) 464 Paskhas Malang, yang bernama Praka Yudha Prihartanto (29) yang diduga akibat dianiaya oleh tiga orang seniornya.
Keseriusan pihak TNI AU ditunjukkan dengan datangnya Komandan Korps Paskhas (Dankorpaskhas) TNI-AU Marsekal Muda (Marsda) TNI Theodorus Seto Purnomo yang mengusut langsung kasus ini.
Tiga orang perwira pertama yang diduga melakukan penganiayaan tersebut kini telah ditahan di Polisi Militer Angkatan Udara (Pom AU) Lanud Abd Saleh guna mempermudah proses pemeriksaan.
Ketiga perwira tersebut yakni Lettu MP, Letda Pas IH, dan Letda Pas AJ.
Hingga kini pihak POM TNI AU belum mengambil kesimpulan ketiganya menjadi tersangka meski telah mengamankan barang bukti pisau komando yang diduga dipakai oleh Praka Yudha untuk menyayat lehernya sendiri.
”Memang masih tiga (perwira) yang diperiksa. Kami belum bisa menyatakan mereka bersalah karena masih praduga. Nanti kami lihat, mungkin bakal ada saksi-saksi lagi. Karena untuk menentukan keputusan harus dipelajari dulu,” tegas Seto Purnomo saat ditemui di Markas Komando (Mako) Yonko 464 Paskhas Abd Saleh, Sabtu (13/5/2017).
Hingga kini penyebab kematian dari Praka Yudha Prihartanto masih simpang-siur. Menurut versi TNI AU, Praka Yudha tewas karena bunuh diri dengan menyayat lehernya sendiri menggunakan pisau komando.
Namun yang membuat janggal yakni adanya luka di sekujur tubuh Praka Yudha sehingga muncul dugaan korban tewas karena dianiaya.
Dugaan ini dikuatkan dengan adanya kabar bahwa korban baru saja mendapatkan hukuman ‘pembinaan’ dari tiga orang seniornya karena urusan utang piutang. Yudha dihukum dengan dimasukkan ke salah satu ruang barak dalam kondisi terkunci, namun Yudha berhasil lolos.
Karena kabur, Yudha pun mendapatkan hukuman yanglebih berat dari seniornya dengan cara diikatkan di tiang jemuran di belakang barak, hanya dengan mengenakan celana dalam. Setelah itu Yudha kembali dimasukkan ke dalam barak terkunci.
Puncaknya, saat Yudha meminta ijin ke kamar mandi, dia lari ke salah satu barak untuk mengambil pisau komando dan menyayat lehernya sendiri hingga tewas karena kehabisan darah.
Seto sendiri menegaskan bahwa pihaknya akan menyelidiki kasus ini secara profesional dan tidak akan menutup-nutupi hasilnya
”Kami fair saja dan tidak akan menutup-nutupi. Nanti akan ada proses hukum dan ketahuan siapa yang benar dan siapa yang salah serta kejadiannya seperti apa,” ujar lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1985 ini.
Terkait ‘pembinaan’ yang dilakukan oleh senior, Seto menegaskan bahwa hal terebut seharusnya tidak diperbolehkan, apalagi hingga berujung pada kematian.
”Kita semua sayang prajurit. Kita semua bangga dengan prajurit. Ini adalah salah satu musibah saja,” tandas mantan Komandan Grup C Paspampres itu.
Menurut sebuah sumber di TNI AU, luka-luka yang ada di tubuh Praka Yudha merupakan dari ‘kerok setan’, yakni hukuman yang diberikan kepada anggota yang melakukan pelanggaran di masa sekolah komando dengan dicambuk menggunakan selang menggunakan selang.
”Hukuman seperti itu biasa terjadi,” kata sumber tersebut.
(samsul arifin – www.harianindo.com)