Jakarta – Hasil quick count atau perhitungan cepat pada Pilkada DKI Jakarta putaran kedua memenangkan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan – Sandiaga Uno dengan selisih lebih dari 10 persen.
Dari hasil quick count versi Lingkaran Survei Indonesia (LSI Denny JA) menunjukkan pasangan Basuki-Djarot memperoleh 44,14 persen suara, sedangkan pasangan Anies-Sandi meraih 55,86 persen suara.
Lantas apa yang menyebabkan petahana kalah padahal pada putaran pertama menang?
Berikut beberapa penyebab kekalahan Ahok-Djarot berdasarkan hasil riset LSI Denny JA:
1. Profil Pemilih Sama
Pemilih pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni lebih banyak mengalihkan suaranya ke pasangan Anies-Sandi karena kesamaan profil pemilih.
2. Kebijakan Dianggap Tidak Pro Rakyat
Kebijakan Pemprov DKI yang melakukan penertiban pemukiman dan reklamasi di Pantai Utara Jakarta dianggap tidak pro rakyat.
3. Kelompok Anti Ahok
Menurut hasil survei dari LSI Denny JA, 40 persen warga DKI Jakarta tidak ingin dipimpin oleh pemimpin non muslim. Selain itu, Ahok berasal dari kaum minoritas. Karena itu mereka berusaha agar Ahok tidak lagi memimpin Jakarta.
4. Kasar dan Arogan
Ahok dianggap memiliki karakter yang kasar dan arogan sehingga tidak layak memimpin Jakarta. Puncaknya saat Ahok membuat kesalahan dengan menyinggung ayat suci Alquran pada saat memberikan kata sambutan di Kepulauan Seribu, September 2016 lalu.
5. Ada Kompetitor Baru
Munculnya pasangan Agus-Sylvi dan Anies-Sandi pada Pilkada DKI Jakarta 2017 memberikan pilihan lain bagi warga Jakarta yang anti Ahok.
(samsul arifin – www.harianindo.com)