Surabaya – Habib Rizieq Shihab menyerukan agar pemerintah tidak mengkriminalisasikan ulama karena ulama juga ikut berjuang dan menghasilkan kemerdekaan bagi negeri ini. Hal ini disampaikan oleh Rizieq saat memberikan ceramah di Masjid Agung Sunan Ampel, Surabaya, Selasa (11/4/2017) malam.
“Mestinya ulama itu dirangkul, bukan dipukul. Ulama itu mesti dipeluk, bukan digebuk. Ulama itu mesti disayang, bukan ditendang. Kalau umaroh menghargai kiai menghargai agama Islam, negara ini akan aman. Energi yang begini besar gunakan untuk membangun bangsa dan negara,” kata Rizieq.
Rizieq juga meminta agar kegiatan keagamaan dan kebangkitan umat Islam jangan selalu dicurigai sebagai ancaman.
“Dikit dikit makar, makar. Umaroh kalau mau selamat, rangkul ulama, peluk ulama, pakai fatwa ulama. Jangan MUI sudah mengeluarkan fatwa, dipakai saja tidak. Malah MUI dibilang intoleran, ngawur tidak?” tanya Rizieq.
Rizieq pun menceritakan bagaimana ulama mempunyai peran besar dalam berdirinya NKRI.
“Jauh sebelum penjajah datang, jauh sebelum Indonesia lahir, jauh sebelum Pancasila ada, jauh sebelum NKRI dikenal orang, jauh Bhinneka dikenal orang, ulama datang ke Indonesia sebarkan Islam. Bagaimana kerajaan-kerajaan berubah menjadi kerajaan Islam,” tuturnya.
Begitu juga Rizieq menceritakan bagaimana TNI dan Polri berdiri karena jasa para ulama. Bahkan sejarah terbentuknya TNI karena jasa seorang ustaz.
“Dulu tidak ada tentara, tidak ada polisi, yang ada laskar Hisbullah. Laskar laskar Islam, NU punya laskar banser dan ansor, Muhammadiyah punya laskar, mereka bergabung jadi laskar Hisbullah, kemudian digabung menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat), kemudian berubah TRI (Tentara Rakyat Indonesia), yang sekarang menjadi TNI, siapa yang bangun. Yang bangun seorang ustaz di ibtidaiyah dari Yogyakarta, siapa dia, beliau adalah Sudirman. Ternyata Jenderal Sudirman seorang ustaz, seorang ustaz saja bisa bikin TNI, apalagi kiainya,” kata Rizieq, yang disambut takbir oleh ribuan umat yang hadir.
“Jadi tentara, polisi, jangan kurang ajar sama kiai, kualat. Tentara, polisi, harus bersama para ulama, bersama kiai, bersama habaib menjaga NKRI, menjaga Pancasila, dan hancurkan siapa saja yang ingin hancurkan bangsa Indonesia,” tanbahnya.
“Kalau ulama dibilang anti-NKRI, kurang ajar tidak, dibilang anti-Pancasila, kurang ajar tidak, dibilang anti-Bhinneka Tunggal Ika, kurang ajar tidak. Sengaja saya sampaikan ini, saya tidak terima ulama dimarjinalkan, kiai dimarjinalkan. Sakit hati ini,” tutur Rizieq.
(samsul arifin – www.harianindo.com)